Entri Populer

Kamis, 14 Oktober 2010

M2M (Motivasi untuk Motivator)


Seorang motivator sering tampil dengan bahasa yang memukau audien. Ada yang bahasanya menggebu seperti Andre Wongso atau Tung Desem Waringin. Ada yang gayanya kalem seperti Mario Teguh. Dengan kepiawaiannya mereka bisa memberikan motivasi kepada orang di sekitarnya. Nah pertanyaannya sekarang adalah, siapa yang akan memotivasi mereka ketika mereka membutuhkan motivasi?

Pertanyaan tersebut mengusik Saya secara pribadi. Pasalnya, meskipun tidak setenar motivator TOP di atas. Saya juga sering memberikan training motivasi kepada orang lain seperti pelajar, mahasiswa, sampai corporate. Nah, “lucunya” sering sekali orang mengira bahwa Saya ini adalah seorang yang senantiasa semangat. Padahal Saya hanyalah manusia biasa yang juga punya kondisi emosional yang naik turun. Terkadang semangat membara, terkadang juga gulana. Wajar. Dari sana sebenarnya Saya bersyukur dikaruniakan kemampuan untuk sadar bahwa seorang Motivator juga perlu Motivasi.

Lalu dari manakah sumber motivasi untuk motivator? Jawabnya sederhana: dari motivasi yang Dia berikan kepada orang lain.

Menurut Anda mungkin aneh, tapi itulah jawabannya. Seorang Motivator, Trainer, Pembicara atau apapun istilahnya harus menyadari dua hal. Pertama, bahwa Diajuga manusia biasa yang tidak selamanya berada pada kondisi emosional yang prima. Tak jarang bahkan seorang Motivator itu mengalami permasalahan yang rumit. Itu biasa, namanya juga manusia. Kedua, seorang motivator harus menyadari bahwa Diaharus mampu bangkit dari keterpurukan masalah, minimal dari apa yang telah diajarkan kepada orang lain selama ini. Ingat, tidaklah mungkin motivator mengatakan sesuatu, mengemukanan teori, atau hikmah kepada orang lain kecuali Diapernah mengalaminya. Atau jika belum Diajuga pasti akan mengalaminya. Selama yang diajarkan itu adalah hal-hal manusiawi. Jika seorang Motivator menasihatkan kepada orang lain tentang apa yang belum pernah dialaminya, pasti kata-kata Motivator itu tidak berbekas di hati. Pasalnya, kata-kata indah itu hanyalah ada di lidah saja. Sekedar teori. Omong tok!

Seorang motivator ketika memberikan nasihat atau memberikan semangat kepada orang lain, sebenarnya Diajuga sedang menasihati dirinya sendiri. Kata-katanya sebelum didengar oleh audien lebih dulu didengar oleh kedua telinganya. Sehingga sebenarnya sebelum Dia menasihatkan orang lain, Dia lebih dulu menasihati dirinya. Sebelum Dia memotivasi orang lain Dia telah memotivasi dirinya. Maka apa yang terlontar dari mulut seorang motivator, haruslah relevan dengan dirinya. Jika Dia menasihatkan orang lain untuk bangkit dari keterpurukan. Maka Dia juga harus mampu bangkit dari keterpurukan dengan motivasi yang sama yang diberikan kepada orang lain.

Jika ada seorang Motivator yang sering membuat orang lain semangat dan bangkit dari keterpurukan. Tapi ketika Motivator itu sendiri merasakan tidak semangat dan tidak mampu bangkit dari keterpurukan, Dia tidak mampu memotivasi dirinya sendiri, maka sesungguhnya Dia bukanlah Motivator. Seorang Motivator harus mampu menggali apa yang ada pada dirinya, yang dengan itu Dia mampu bangkit. Akan tetapi ketika tidak mampu untuk bangkit seorang diri, tidak ada salahnya jika Motivator itu meminta motivasi dari orang lain. Bahkan dari “orang biasa” sekalipun.

Kepada para Motivator, “ Jangan takut harga diri Anda runtuh, karena Anda tidak dihargai karena jabatan Anda sebagai seorang Motivator. Jangan pula malu, karena Anda tidak melakukan kesalahan. Ingatlah, pada level manapun, Anda hanyalah manusia biasa.” Tetap Semangat!

2 komentar:

Rekan, silahkan berkomentar di blog Zali Jauhari.