Entri Populer

Rabu, 13 Oktober 2010

Empat Karir dalam Hidup Anda

Karir merupakan suatu keadaan dimana kita melakukan sesuatu pekerjaan dengan kondisi terus maju ke depan. Tidak berhenti apalagi mundur ke belakang. Seperti ketika kita menaiki tangga, kita mulai dengan menapaki anak tangga pertama, lalu berganti ke anak tangga ke dua dan seterusnya hingga puncak. Banyak orang ketika disebutkan kata kata karir akan segera mengidentikkan dengan karir kerja. Padahal tidak selalu harus demikian. Karir kerja hanyalah salah satu dari empat karir yang ada dalam hidup kita. Selain karir kerja, masih ada karir akademis, karir keluarga, dan karir masyarakat.

Menurut Saya, sebagaimana sebuah karir kerja yang harus direncanakan, ketiga karir lainnya (akademis, keluarga, dan masyarakat) juga harus direncanakan dan mendapatkan perhatian yang sama pentingnya. Keempat karir tersebut akan saling terkait dan mendukung keberhasilan kehidupan kita baik secara individual maupun secara komunal. Selain itu, keempatnya memiliki karakteristik yang berbeda-beda pula. Baiklah, kita mulai saja membahasnya.

1. Karir Akademis.

Karir akademis seseorang dimulai dari Play Group, Taman Kanak-kanak (TK), SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi (PT) lengkap dengan gelar S-1, S-2, dan S-3 nya. Bila perlu ada tambahan bonus berupa gelar Profesor. Karir akademis mutlak di perlukan. Seseorang itu tetap perlu mengenyam pendidikan formal. Masalah mau berhenti sampai level mana itu terserah individu dan atau orang tua masing-masing. Kalo sekarang sih pemerintah sudah mewajibkan belajar 9 tahun.

Hendaknya karir akademis ini direncanakan. Bakat, minat, dan cara pandang orang terhadap dunia akademis berbeda-beda. Ada yang berpendapat kalau mau sukses lebih baik tidak sekolah. Ada juga yang meyakini pendidikan formal itu kan Cuma alat, yang penting kan belajarnya. Atau mungkin pendapat lain yang mengatakan, "Ah, untuk sukses Saya tidak perlu ijazah". Semuanya sah-sah saja. Silakan. Yang penting adalah konsekuen dan komitmen dengan jalan yang telah dipilih.

Salah besar jika kita memaksa semua orang untuk menjadi Profesor. Karena semuanya tergantung dimana kita akan mengkahiri karir akademis kita. Gelar akademis memang bukan segalanya, tapi ia penting bagi sebagian orang yang memang ingin mendapatkan ilmu yang tidak mungkin didapatkannya kecuali dengan sekolah dan kuliah. Gelar akademis itu juga perlu untuk menunjukkan kepakaran kita terhadap suatu disiplin ilmu. Yang paling penting adalah jangan terlalu berlebihan memandang gelar akademis kita dengan menganggap gelar akademis itu adalah segalanya. Karena itu justru akan membatasi kemampuan kita disebabkan kita merasa puas dan berhenti berkarya. Jadilah pakar, tapi tetaplah memiliki wawasan global agar kita tidak ketinggalan jaman.

2. Karir Kerja.

Inilah karir yang secara umum difahami oleh masyarakat. Mereka bisa bekerja untuk meniti karir dari bawah lalu perlahan naik dan mungkin mereka menjadi pimpinan di suatu perusahaan tertentu. Pilihan karir kerja ini ada dua. Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau TIDAK menjadi PNS. Pilihan untuk menjadi PNS sepertinya masih menjadi favorit di negeri ini. Jaminannya adalah gaji tetap dan uang pensiun di kala hari tua tiba. Ya.. Setidaknya begitu kata Ibu Saya. Maklum, Saya berasal dari kota Pati. Meskipun semboyannya adalah PATI BUMI MINA TANI, tapi mayoritas warganya lebih mendambakan menjadi PNS, dan bukan menjadi Petani. Para PNS di kota Pati berada pada posisi teratas dalam strata sosial masyarakat.

Pilihan yang kedua adalah TIDAK menjadi PNS. Pilihannya juga beragam. Kita bisa menjadi karyawan di sebuah perusahaan, menjadi self employee, memulai bisnis/wirausaha, atau menjadi investor. Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk menjadi PNS atau TIDAK. Semua tergantung bakat, minat, dan sikon (situasi dan kondisi) yang sedang berlangsung. Menjadi PNS itu penting karena dengan adanya para PNS, negeri ini bisa terurus. Dan tidak memilih menjadi PNS juga tak kalah penting, karena roda perekonomian akan bergerak dengan adanya orang-orang kreatif yang berwirausaha.

Menjembatani masalah ini, menurut Saya kita tidak boleh saklek pada salah satu dan hanya memandang masalah sebatas hitam dan putih saja. "Ambillah yang paling banyak manfaatnya", itulah yang Saya yakini.

3. Karir Keluarga.

Mungkin aneh mendengar istilah karir keluarga. Mosok sih keluarga juga bagian dari karir? Menurut Saya, karir keluarga itu unik. Kita akan menjalaninya begitu kita menikah. Anda tahu kapan akhirnya? Karir keluarga bahkan akan terus berlanjut setelah kita mati. Kita akan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan. Ketika kita memutuskan untuk menikah, saat itu status kita akan berubah, mulai dari menjadi suami atau istri, menjadi ayah/ibu, kakek/nenek. Begitu seterusnya hingga mati.

Selayaknya sebuah karir, keluarga juga perlu perencanaan dan perhatian. Jangan sampai tidak. Keluarga adalah sekolah pertama kita. Institusi tertua di dunia ini. Di dalam keluargalah sebenarnya kita mulai dan akan kita akhiri hingga jauh. Tanggungjawabnya tidak hanya di dunia tapi juga di akherat. Pilihan ada di tangan kita. Rencanakanlah. Persiapkanlah. Mulailah dari yang baik dengan memilih pasangan hidup yang baik dan sesuai untuk kita. Jika kita menginginkan yang terbaik, jadikan diri kita layak mendapatkannya. Baikkan dulu diri kita.

Jangan asal pilih. Asal cantik, asal kaya, asal "berdarah biru" dan lain sebagainya. Tapi pilihlah. Lakukanlah seleksi. Sebagaimana bercocok tanam, diperlukan lahan yang baik untuk menanam bibit terbaik. Harapannya tentu saja berupa hasil panen yang baik pula.

4. Karir Masyarakat.

Karir Masyarakat ini erat kaitannya dengan hubungan kita dengan masyarakat. Karir ini penting agar kita dan keluarga kita diterima di lingkungan sekitar kita. Kita tidak hidup sendiri melainkan juga berinteraksi dengan orang lain di sekitar kita. Ketika kita dan keluarga kita baik, ajak juga lingkungan sekitar kita baik. Titik tekan dari Karir masyarakat ini adalah sejauh apa kita bisa diterima dan sebesar apa kita mampu berkontribusi nyata di masyarakat.

Menapaki Karir Masyarakat ini, kita bisa memulainya dari yang kecil-kecil dulu. Mulai dari berinteraksi dengn tetangga sebelah rumah kita dan terus menyebar hingga luas. Pastikan kita berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan. Jangan menjadi makhluk egois. Karena ini bagian dari karir. Maka rencanakanlah. Ketika kita memilih lingkungan tempat tinggal, jangan asal pilih. Tapi pilihlah lingkungan yang baik untuk perkembangan kita dan keluarga kita.

Nah, akhirnya jangan sampai kita tidak seimbang dalam berkarir dengan hanya meniti karir kerja saja. Perhatikan juga Karir Akademis , Kelurga, dan Masyarakat kita. Betapa banyak orang yang sukses membangun kerir kerja tapi berantakan keluarganya. Atau orang yang keluaganya baik, tapi tidak diterima di lingkungannya. Jadilah kita menjadi insan yang pandai merencanakan dan mempersiapkan sumber daya untuk mendukung keempat karir kita tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rekan, silahkan berkomentar di blog Zali Jauhari.