Entri Populer

Jumat, 15 Oktober 2010

Bila Kenyataan tak Sesuai Harapan

Manusia hidup di dunia ini pasti memiliki harapan. Entah sadar atau tidak, harapan-harapan itulah yang menyemangati mereka. Harapan akan masa depan yang lebih baik misalnya, bisa membuat seorang miskin mampu bekerja keras demi sebuah harapan menjadi orang kaya. Petani yang rela berangkat ke sawah setiap hari, berharap kelak akan memetik hasil panen yang melimpah. Seorang pelajar yang setiap hari berangkat ke sekolah, berharap agar suatu saat bisa lulus dengan nilai yang baik, kuliah di universitas yang baik, lulus dan bekerja. Ya, semuanya bergerak karena ada harapan. Jika manusia tidak lagi mampu melihat harapan di masa depan yang lebih baik dari kondisinya sekarang, bisa dipastikan Dia akan sangat malas, mudah putus asa, dan tidak ada gairah menjalani kehidupan ini.

Sayangnya, tidak semua harapan bisa terpenuhi. Manusia dengan seluruh usahanya yang terbatas kerap kali mendapatkan kegagalan. Itu pasti, karena begitulah karakter kehidupan. Tak ada yang sempurna. Bahkan kalo mau jujur, banyak sekali kenyataan hidup yang kita alami sekarang ini, yang tidak sesuai dengan harapan-harapan kita di masa lalu. Apakah ini sebuah masalah? Jawaban dari pertanyaan ini bisa Ya bisa juga Tidak. Tergantung dari sudut pandang mana kita melihat. Bagi orang yang tidak siap dengan kegagalan, yang berharap semuanya harus sempurna dan sesuai dengan keinginan rencananya pastilah akan kecewa. Karena hidup bukanlah sesuai dengan rencana pribadi kita. Hidup adalah menjalani rencana Tuhan, Alloh SWT. Tapi bagi manusia yang menyadari sepenuhnya bahwa tidak semua harapan dan keinginan hidupnya bisa terwujud, bahwa rencana dirinya itu nisbi dan rencana Tuhan itu pasti, niscaya Dia akan tetap tenang dan tegar menghadapi hidup.

Lalu, bagaimanakah sikap kita bila harapan tidak terpenuhi. Bila kenyataan tak sesuai dengan harapan?

Pertama, kita harus mampu menjadi yang “nerimo ing pandum” (=ikhlas). Kita tidak boleh protes dengan apa yang telah Tuhan berikan terhadap kita. Karena semua yang telah Tuhan berikan itu adalah anugerah yang harus disyukuri. Kita harus “nerimo”, tapi pastikan saat pembagian itu kita berada di tempat yang berpeluang mendapatkan pemberian yang tidak sedikit. Bingung? Jangan dulu! Siapkanlah wadah yang besar, maka Sang Pemberi yang Maha Kaya itu tidak akan tanggung-tanggung untuk memberikan karunia yang banyak, karena kita memang telah siap dan layak mendapatkannya. Jika wadah kita masih kecil, malulah untuk meminta banyak hal kepada Tuhan karena kita takkan mampu membawanya. Karena kita tak punya wadahnya. Wadah itu adalah ikhtiar kita, apakah kita mampu berusaha sebelum berserah kepada Tuhan? Wadah itu adalah hati kita, apakah kita tetap menjadi pribadi yang santun dan rendah hati ketika diberi kemurahan berupa rejeki yang banyak dari Tuhan? Ingatlah, Tuhan tidak pernah salah membagikan rejekinya kepada makhluknya. Urusan rejeki adalah urusan Tuhan, urusan ikhtiar adalah kewajiban kita. Sebab jika urusan rejeki diserahkan kepada manusia, maka manusia tidak akan pernah bisa adil. Manusia akan rakus dan menghinakan manusia lainnya. Juga ketika ikhtiar tidak kita yakini sebagai kewajiban kita, maka kita hanya akan menjadi orang yang panjang angan-angan. Mimpi besar tapi kerja NOL BESAR!

Kedua, kita harus berbaik sangka kepada Tuhan. Kita harus meyakini bahwa apa yang telah Tuhan tetapkan kepada kita itulah yang terbaik bagi kita. Jangan mendikte Tuhan, sebab itu sebuah kebodohan dan kesombongan. Sebab Tuhan tak ingin diatur, sebab Dia-lah yang Maha Mengatur. Dia takkan salah sebab Dia Maha Sempurna. Sering kali manusia itu tidak puas kepada apa yang telah Tuhan berikan. Setelah berusaha susah payah, memeras keringat membanting tulang, ternyata masih miskin misalnya. Dia protes, “Aku kan sudah beribadah seperti sholat, puasa, dll. Kok masih miskin ya? Kok masih sering gagal? Kok harapanku tidak terwujud? Berarti Tuhan tidak sayang padaku.” Ah, betapa sombongnya manusia seperti itu. Ingatlah, karunia yang telah kita dapatkan sesungguhnya bukan karena hebatnya ibadah kita kepada Alloh SWT tapi karena rahmat-Nya semata semua itu bisa kita dapatkan. Ibadah kita sebaik apapun tidak menjadikan Alloh bertambah Agung, sebab sejak dulu Dia sudah Maha Agung. Sebaliknya, kalaupun kita tidak beribadah, atau kita mendurhakai-Nya sesungguhnya semua itu tidak berarti apa-apa bagi Alloh. Sebab Alloh tidak memerlukan ibadah kita. Semua ibadah itu hanyalah untuk kita sendiri, bukan untuk Tuhan.

Ketiga, kita harus mengevaluasi diri. Bisa jadi semua kenikmatan yang tertunda itu karena memang kita belum layak mendapatkannya. Evaluasi juga ikhtiar kita, mungkin masih belum maksimal. Mungkin sudah bekerja keras tapi kurang cerdas, dst. Jadikan evaluasi itu untuk meningkatkan kualitas ikhtiar kita selanjutnya. InsyaAlloh, dengan kualitas diri yang semakin baik akan baik pula hasilnya.

Keempat, jangan berputus asa dari rahmat Alloh. Bersabarlah, sebab rahmatNya tidak pernah terputus untuk makhluknya. Bekerjalah, berusahalah niscaya Alloh tidak akan menyia-nyiakan amalan kita. Jika kita telah mengusahakan dengan niatan yang terbaik (ikhlas), berusaha dengan mencari jalan-jalan yang terbaik (kerja keras), kemudian menanti hasilnya dengan kualitas terbaik (tawakkal), PASTI yang kita dapatkan adalah yang terbaik. Bahkan Alloh akan memberi lebih banyak dari yang kita minta, tapi mungkin belum diberikan sekarang. Mungkin diberikan dalam bentuk karunia yang lain yang kita tidak menyadarinya. Nikmat kesehatan, ketenangan, keluarga yang penuh kasih sayang, kemudahan hidup, dll.

Ingatlah: Tuhan memberikan yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Sebab jika semua keinginan manusia pasti terpenuhi, maka manusia akan sombong dan merasa tidak membutuhkan Tuhan. Meskipun terkadang kenyataan tak sesuai harapan, jangan jadikan itu alasan untuk mengkerdilkan pribadi kita. Melainkan jadikan itu untuk memperbaiki kualitas diri kita. Hanya pribadi yang berkualitas yang mampu menyadari bahwa kenyataan yang tak sesuai harapan juga sebuah kenikmatan. Sebuah kenikmatan berupa sarana untuk dekat kepada Tuhan.

Tetap Semangat!

Tegas Tapi Penuh Kelembutan

Tegas berarti sebuah sikap yang tidak membingungkan, tanpa keraguan, tidak plin-plan dan penuh dengan kepastian. Tegas berarti berani menentukan pilihan yang jelas dan siap dengan resiko apapun yang ada di balik pilihan itu. Diantara hitam dan putih, harus dipilih salah satu dan tidak berlama-lama di zona abu-abu. Inilah hidup kawan, yang tidak akan membiarkan siapapun tidak memilih, karena hanya pengecut yang tidak berani tegas. Hanya yang tak berprinsip yang mudah terombang-ambing kesana kemari. Namun tegas tidaklah mudah bagi pribadi yang kerdil. Tegas terasa sulit bagi pribadi yang tidak tertempa dengan masalah dan pengalaman hidup lalu mengambil hikmah dan pelajaran darinya.

Sikap tegas akan mengantarkan Anda kepada sebuah kepastian. Kepastian akan membawa Anda pada kejelasan status. Kejelasan status akan membuat Anda mengalami keadaan, yang Anda inginkan ataupun yang tidak Anda inginkan. Siaplah. Inilah hidup Anda. Andalah yang harus memutuskan. Orang lain hanya “pelengkap”. Mereka tidak akan bertanggung jawab kepada nasib hidup Anda. Karena sejatinya semua yang Anda alami saat ini adalah karena hasil keputusan-keputusan Anda di masa lalu. Begitupun dengan nasib masa depan Anda, baik buruknya sangat tergantung dari kualitas keputusan yang Anda ambil saat ini. Tegaslah, sebab hidup berarti memilih.

Ketegasan akan menghemat waktu dan tenaga agar tidak terbuang percuma. Ketegasan akan segera menyelesaikan masalah-masalah Anda. Sebaliknya, keragu-raguan akan membuang habis sumber daya yang Anda miliki, membuat masalah yang Anda alami semakin “runyam” bak benang kusut. Akhirnya, sikap Anda yang peragu akan mengantarkan pada semakin rumitnya masalah, meskipun pada awalnya masalah itu sangat simpel untuk dipecahkan.


Seperti apakah sikap tegas itu? Apakah orang yang tegas itu adalah yang berbicara dengan suara keras, menggebu-gebu penuh semangat. Tidak! Betapa banyak orang yang bicaranya lantang tapi sikapnya penuh keraguan. Dalam bahasa jawa sering dikatakan, “Ora sembodo karo omongane” (tidak sepadan dengan kata-katanya). Tegas itu bukan pada kerasnya kata-kata tapi pada tegasnya prinsip diri. Tegas tak perlu dipromosikan dengan kata yang terangkai indah bak puisi, tapi cukup ditunjukkan dengan pribadi yang senantiasa memutuskan. Sebuah keputusan tegas bukan berarti terburu-buru, tapi dipertimbangkan dengan cermat dalam waktu yang singkat.

Lalu, perlukan ketegasan itu dilaksanakan dengan gaya militer? Kaku, tanpa kompromi, dan prosedural? Tentu saja tidak. Selalu ada ruang fleksibilitas yang tidak mengganggu. Kelenturan dan toleransi yang masih dalam batasan wilayah ketegasan. Manusia bukan robot yang tidak memiliki perasaan. Manusia punya hati dan perasaan yang perlu dihargai. Maka tak perlu menyampaikan ketegasan dengan emosi, kata-kata kasar, instruksi yang berlebihan, atau nada bicara yang melebihi kebutuhan pendengar. Sebab semua itu hanyalah sebuah kebodohan yang akan membuat kita semakin tidak dihargai. Bagaimana mungkin kita ingin dihargai jika kita tidak mampu menghargai orang lain?

Namun, ketegasan sikap akan semakin mantap jika disampaikan dengan kesantunan budi. Pilihan disampaikan dengan kelembutan tapi penuh “power” dari dalam prinsip diri yang tegas. Ingat, ketegasan adalah sikap diri, bukan bicara yang seolah tegas tapi rapuh pada prinsip. Kelemah lembutan juga bukan berarti mengalah. Tapi memiliki pengendalian diri yang kuat. Sikap seperti inilah yang akan membuat pribadi kita menawan. Orang menghormati kita karena ketegasan sikap diimbangi dengan sikap yang lemah lembut dan budi pekerti yang baik. Bukankah salah satu tanda kedewasaan seseorang itu ada pada sikapnya yang tidak emosional dan reaksional? Seluruh masalah akan dihadapi dengan mempertimbangkan posisi dirinya dan orang lain. Tentu saja tetap dengan ketegasan sikap.

Tegaslah agar masalah tidak semakin pelik. Namun lemah lembutlah sebab itu cerminan kualitas diri yang baik.

Kamis, 14 Oktober 2010

Pipo dan Embro

Alkisah hiduplah dua orang bersaudara bernama Pipo dan Embro. Keduanya hidup dalam lingkungan yang keras. Bagaimana tidak. Mereka dilahirkan di dalam keluarga yang sangat miskin. Dan parahnya, mereka tinggal di daerah yang miskin pula. Sebuah desa yang tandus dan setiap tahun mengalami kekeringan panjang. Hujan yang hanya sesekali turun merupakan anugerah yang berlimpah dari Tuhan. Pipo dan Embro kecil rajin membantu kedua orang tuanya. Biasanya mereka mengambil air untuk keperluan sehari-hari dari bukit sebelah desa yang jaraknya lumayan jauh. Sekolah hanya bagi mereka yang punya duit, begitulah kenyataan yang harus dialami oleh mereka. Bukan hanya mereka saja, teman-teman sebaya mereka juga mangalami nasib yang sama. Hidup bagi mereka adalah berjuang. Berjuang untuk bertahan di tanah tandus, agar tetap bisa makan, agar tetap melihat hari esok.

Menginjak remaja Pipo menjelma menjadi seorang pemuda cungkring (=kurus sekali). Tubuhnya tidaklah bisa dibilang ideal apa lagi atletis. Nyaris, tak ada wanita sepantarannya yang mau meliriknya apalagi menjadi pacarnya. Lain halnya dengan Embro, meskipun sama-sama melarat dan makan singkong rebus hampir tiap hari ternyata Dia tumbuh menjadi sosok pemuda yang bertubuh tinggi besar. Jika dia hidup di kota besar mungkin dia berbakat menjadi artis atau mungkin menjadi pasukan pengawal presiden. Meskipun demikian, Pipo yang cungkring dikaruniakan oleh Tuhan otak yang cerdas. Dia bisa berfikir cerdas dan cepat. Dia bisa dengan cepat belajar dari lingkungan sekitarnya. Berbeda dengan Embro yang meskipun badannya besar tapi oon (baca=dedel atau kurang cerdas). Embro sangat lambat dalam mempelajari sesuatu.

Ketika menginjak dewasa, desa tempat mereka tinggal dilanda kekeringan panjang. Banyak lahan menjadi kering kerontang, ternak banyak yang mati, dan mungkin kalo manusianya tidak ditolong oleh Tuhan juga akan mati. Tuhan masih menyayangi mereka dengam memberikan sebuah sumber air, tapi lokasinya jauh di kaki gunung. Saat itu tiba-tiba air menjadi barang yang sangat mahal. Orang-orang rela menukar ketela, padi, jagung dan hasil tani lainnya demi mendapatkan air. Tentu saja hal ini tidak disia-siakan oleh Pipo dan Embro. Mereka menemukan ide untuk menjual air ke tetangga kanan kiri. Tentu saja dengan mengambil dari sumber mata air yang jauh tempatnya di kaki gunung. Embro yang punya badan yang kuat tentu saja mampu membawa lebih banyak air dalam ember. Sedangkan Pipo yang memiliki badan cungkring hanya mampu membawa sedikit air dalam ember.

Beberapa tahun kemudian, Embro menjadi kaya karena mampu menjual lebih banyak air dibandingkan dengan Pipo. Pipo yang “cerdas” berfikir bagaimana caranya agar Dia yang tidak memiliki fisik yang bagus juga mampu membawa air lebih banyak untuk warga desanya. Dia menemukan ide untuk membangun sebuah saluran air dari bambu yang disambung seperti pipa pralon. Setiap hari di sela-sela waktunya menjual beberap ember air, Pipo membangun saluran airnya. Embro yang melihat Pipo mengejek dan mengatakan kalau Pipo melakukan hal-hal yang sia-sia. Tapi Pipo tetap tekun dan sabar membangun saluran air untuk warga desa desa.

Waktu terus berlalu hingga tibalah masa mereka menjadi tua. Saat itulah instalaasi air yang dibangun oleh Pipo selesai. Pipa bambu itu mampu mengalirkan air yang jauh dari bawah kaki gunung menuju bak penampungan di dekat desa. Warga pun tertolong karena Pipo tidak mengkomersilkan air tersebut. Sebagai balas budi atas jasa Pipo membangun saluran air, Pipo didaulat menjadi Kepala Desa. Lalu, bagaimanakah kabar Embro? Ternyata Embro sudah kehabisan tenaga karena usia yang semakin tua. Kalau dulu sewaktu muda Dia mampu mengangkat ember besar, kini bahkan ia tidak mampu membawa ember kecil sekali jalan. Saat tua itulah baru Dia sadar tentang jalan pikir Pipo mengapa dulu Dia membangun saluran air. Embro pun berterima kasih kepada Pipo atas “kecerdasan” dan keikhlasannya memberikan air yang melimpah untuk dirinya dan warga desa.

Kawan, ada beberapa pelajaran hidup yang bisa kita ambil dari cerita Saya di atas. Sebuah pelajaran hidup yang berharga agar kita mampu lebih bijak dalam mensikapi hidup ini.

Pertama, bahwa Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda. Semuanya diciptakan dalam keadaan yang baik. Tentu saja masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Seperti Embro ditakdirkan bertubuh besar tapi “Oon”, dan Pipo yang cungkring tapi “cerdas”. Manusia yang sombong adalah yang tidak mau menerima apa yang telah Tuhan tetapkan untuk dirinya. Sebaliknya, manusia yang bersyukur adalah yang mau menerima apa yang Tuhan berikan kepadanya. Sebab dibalik semua kekurangan, Tuhan telah mengaruniakan kepada manusia kelebihan di sisi yang lain. Tidak perlu iri dengan apa yang dimiliki orang lain yang tidak atau belum ada pada diri kita. Sebab Tuhan Maha Adil dan Maha Bijaksana. Taka akan berlaku sembarangan kepada manusia ciptaanNya. Semuanya telah diukur sedemikian rupa hingga ada keseimbangan dalam kehidupan. Tugas kita adalah mendayagunakan semua anugerah kebaikan itu dalam kebaikan dan untuk kebaikan. So, TERIMALAH dan SYUKURILAH apa yang telah Tuhan tetapkan untuk kita.

Kedua, hendaknya manusia dalam berusaha memiliki pandangan yang jauh ke depan. Seperti Pipo yang sadar bahwa suatu saat akan tua. Dia berfikir jangka panjang bagaimana caranya agar kerjanya semakin efektif. Alhasil Dia membangun sebuah saluran air dari bambu yang dirangkai sebagai pipa panjang. Jangan seperti Embro yang hanya berfikiran jangka pendek. Sejengkal. Akhirnya dia kalah dengan perubahan yang terjadi. Manusia harus memiliki VISI, pandangan hidup yang jauh ke depan. VISI itu adalah MIMPI jangka panjang yang akan dikejar dalam hidupnya.

Ketiga, jika telah memiliki VISI hidup yang jelas hendaknya kita pandai berINVESTASI jangka panjang. Investasi tidak harus uang, tetapi bisa dalam bentuk tenaga dan pikiran. Asal dilakukan dengan cerdas dan konsisten, investasi sekecil apapun akan mendatangkan hasil. Seperti Pipo yang setiap hari menyambung bambunya sedikit demi sedikit. Akhirnya Dia mendapatkan apa yang dicita-citakan.

Keempat, berSABARlah dalam bercita-cita. Bersabarlah dalam menjalankan rencana. Semuanya butuh proses. Jangan dulu menyerah, sebab ketika kita hendak menyerah saat itulah sebenarnya kita telah dekat dengan cita-cita kita. Andaikata Pipo tidak bersabar dengan ejekan Embro, tentu Dia tidak akan meneruskan “proyek” pipa bambunya.

Kelima, ketika kita berjaya JANGAN LUPA dari mana asal kita. Pipo yang berhasil membuat saluran air untuk warga desa, tidak lupa bahwa dia adalah anak petani desa yang miskin. Dia tidak sombong. Terhadap Embro yang sering mengejeknya Dia pun tidak dendam. Bahkan dia mau memaafkan, memaklumi, dan tetap menerima Embro sebagai saudara.

Keenam, IKHLASlah ketika mengerjakan sesuatu. Sebab Tuhan tidak akan menerima amal pekerjaan seseorang kecuali yang dilakukan dengan ikhlas. Ikhlas berarti menyerahkan semua balasan hanya dari Tuhan. Ketika manusia ikhlas, Dia tidak akan mengharapkan balasan dari makhluk. Dia tidak akan kecewa jika kebaikan yang telah ditanam tidak dibalas manusia. Sebab hanya Tuhanlah satu-satunya tempat meminta balasan. Ikhlas akan menghadirkan kekuatan yang besar, sebab ada Tuhan dibalik Dia. Ingatlah Embro yang telah mengikhlaskan proses dan hasil kerjanya. Dia memberikan saluran air itu kepada warga desa. Dari sana Dia diangkat menjadi Kepala Desa. Dia dicintai rakyatnya, dan memimpin dengan kondisi hati yang tenang dan senang.

M2M (Motivasi untuk Motivator)


Seorang motivator sering tampil dengan bahasa yang memukau audien. Ada yang bahasanya menggebu seperti Andre Wongso atau Tung Desem Waringin. Ada yang gayanya kalem seperti Mario Teguh. Dengan kepiawaiannya mereka bisa memberikan motivasi kepada orang di sekitarnya. Nah pertanyaannya sekarang adalah, siapa yang akan memotivasi mereka ketika mereka membutuhkan motivasi?

Pertanyaan tersebut mengusik Saya secara pribadi. Pasalnya, meskipun tidak setenar motivator TOP di atas. Saya juga sering memberikan training motivasi kepada orang lain seperti pelajar, mahasiswa, sampai corporate. Nah, “lucunya” sering sekali orang mengira bahwa Saya ini adalah seorang yang senantiasa semangat. Padahal Saya hanyalah manusia biasa yang juga punya kondisi emosional yang naik turun. Terkadang semangat membara, terkadang juga gulana. Wajar. Dari sana sebenarnya Saya bersyukur dikaruniakan kemampuan untuk sadar bahwa seorang Motivator juga perlu Motivasi.

Lalu dari manakah sumber motivasi untuk motivator? Jawabnya sederhana: dari motivasi yang Dia berikan kepada orang lain.

Menurut Anda mungkin aneh, tapi itulah jawabannya. Seorang Motivator, Trainer, Pembicara atau apapun istilahnya harus menyadari dua hal. Pertama, bahwa Diajuga manusia biasa yang tidak selamanya berada pada kondisi emosional yang prima. Tak jarang bahkan seorang Motivator itu mengalami permasalahan yang rumit. Itu biasa, namanya juga manusia. Kedua, seorang motivator harus menyadari bahwa Diaharus mampu bangkit dari keterpurukan masalah, minimal dari apa yang telah diajarkan kepada orang lain selama ini. Ingat, tidaklah mungkin motivator mengatakan sesuatu, mengemukanan teori, atau hikmah kepada orang lain kecuali Diapernah mengalaminya. Atau jika belum Diajuga pasti akan mengalaminya. Selama yang diajarkan itu adalah hal-hal manusiawi. Jika seorang Motivator menasihatkan kepada orang lain tentang apa yang belum pernah dialaminya, pasti kata-kata Motivator itu tidak berbekas di hati. Pasalnya, kata-kata indah itu hanyalah ada di lidah saja. Sekedar teori. Omong tok!

Seorang motivator ketika memberikan nasihat atau memberikan semangat kepada orang lain, sebenarnya Diajuga sedang menasihati dirinya sendiri. Kata-katanya sebelum didengar oleh audien lebih dulu didengar oleh kedua telinganya. Sehingga sebenarnya sebelum Dia menasihatkan orang lain, Dia lebih dulu menasihati dirinya. Sebelum Dia memotivasi orang lain Dia telah memotivasi dirinya. Maka apa yang terlontar dari mulut seorang motivator, haruslah relevan dengan dirinya. Jika Dia menasihatkan orang lain untuk bangkit dari keterpurukan. Maka Dia juga harus mampu bangkit dari keterpurukan dengan motivasi yang sama yang diberikan kepada orang lain.

Jika ada seorang Motivator yang sering membuat orang lain semangat dan bangkit dari keterpurukan. Tapi ketika Motivator itu sendiri merasakan tidak semangat dan tidak mampu bangkit dari keterpurukan, Dia tidak mampu memotivasi dirinya sendiri, maka sesungguhnya Dia bukanlah Motivator. Seorang Motivator harus mampu menggali apa yang ada pada dirinya, yang dengan itu Dia mampu bangkit. Akan tetapi ketika tidak mampu untuk bangkit seorang diri, tidak ada salahnya jika Motivator itu meminta motivasi dari orang lain. Bahkan dari “orang biasa” sekalipun.

Kepada para Motivator, “ Jangan takut harga diri Anda runtuh, karena Anda tidak dihargai karena jabatan Anda sebagai seorang Motivator. Jangan pula malu, karena Anda tidak melakukan kesalahan. Ingatlah, pada level manapun, Anda hanyalah manusia biasa.” Tetap Semangat!

Rabu, 13 Oktober 2010

Empat Karir dalam Hidup Anda

Karir merupakan suatu keadaan dimana kita melakukan sesuatu pekerjaan dengan kondisi terus maju ke depan. Tidak berhenti apalagi mundur ke belakang. Seperti ketika kita menaiki tangga, kita mulai dengan menapaki anak tangga pertama, lalu berganti ke anak tangga ke dua dan seterusnya hingga puncak. Banyak orang ketika disebutkan kata kata karir akan segera mengidentikkan dengan karir kerja. Padahal tidak selalu harus demikian. Karir kerja hanyalah salah satu dari empat karir yang ada dalam hidup kita. Selain karir kerja, masih ada karir akademis, karir keluarga, dan karir masyarakat.

Menurut Saya, sebagaimana sebuah karir kerja yang harus direncanakan, ketiga karir lainnya (akademis, keluarga, dan masyarakat) juga harus direncanakan dan mendapatkan perhatian yang sama pentingnya. Keempat karir tersebut akan saling terkait dan mendukung keberhasilan kehidupan kita baik secara individual maupun secara komunal. Selain itu, keempatnya memiliki karakteristik yang berbeda-beda pula. Baiklah, kita mulai saja membahasnya.

1. Karir Akademis.

Karir akademis seseorang dimulai dari Play Group, Taman Kanak-kanak (TK), SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi (PT) lengkap dengan gelar S-1, S-2, dan S-3 nya. Bila perlu ada tambahan bonus berupa gelar Profesor. Karir akademis mutlak di perlukan. Seseorang itu tetap perlu mengenyam pendidikan formal. Masalah mau berhenti sampai level mana itu terserah individu dan atau orang tua masing-masing. Kalo sekarang sih pemerintah sudah mewajibkan belajar 9 tahun.

Hendaknya karir akademis ini direncanakan. Bakat, minat, dan cara pandang orang terhadap dunia akademis berbeda-beda. Ada yang berpendapat kalau mau sukses lebih baik tidak sekolah. Ada juga yang meyakini pendidikan formal itu kan Cuma alat, yang penting kan belajarnya. Atau mungkin pendapat lain yang mengatakan, "Ah, untuk sukses Saya tidak perlu ijazah". Semuanya sah-sah saja. Silakan. Yang penting adalah konsekuen dan komitmen dengan jalan yang telah dipilih.

Salah besar jika kita memaksa semua orang untuk menjadi Profesor. Karena semuanya tergantung dimana kita akan mengkahiri karir akademis kita. Gelar akademis memang bukan segalanya, tapi ia penting bagi sebagian orang yang memang ingin mendapatkan ilmu yang tidak mungkin didapatkannya kecuali dengan sekolah dan kuliah. Gelar akademis itu juga perlu untuk menunjukkan kepakaran kita terhadap suatu disiplin ilmu. Yang paling penting adalah jangan terlalu berlebihan memandang gelar akademis kita dengan menganggap gelar akademis itu adalah segalanya. Karena itu justru akan membatasi kemampuan kita disebabkan kita merasa puas dan berhenti berkarya. Jadilah pakar, tapi tetaplah memiliki wawasan global agar kita tidak ketinggalan jaman.

2. Karir Kerja.

Inilah karir yang secara umum difahami oleh masyarakat. Mereka bisa bekerja untuk meniti karir dari bawah lalu perlahan naik dan mungkin mereka menjadi pimpinan di suatu perusahaan tertentu. Pilihan karir kerja ini ada dua. Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau TIDAK menjadi PNS. Pilihan untuk menjadi PNS sepertinya masih menjadi favorit di negeri ini. Jaminannya adalah gaji tetap dan uang pensiun di kala hari tua tiba. Ya.. Setidaknya begitu kata Ibu Saya. Maklum, Saya berasal dari kota Pati. Meskipun semboyannya adalah PATI BUMI MINA TANI, tapi mayoritas warganya lebih mendambakan menjadi PNS, dan bukan menjadi Petani. Para PNS di kota Pati berada pada posisi teratas dalam strata sosial masyarakat.

Pilihan yang kedua adalah TIDAK menjadi PNS. Pilihannya juga beragam. Kita bisa menjadi karyawan di sebuah perusahaan, menjadi self employee, memulai bisnis/wirausaha, atau menjadi investor. Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk menjadi PNS atau TIDAK. Semua tergantung bakat, minat, dan sikon (situasi dan kondisi) yang sedang berlangsung. Menjadi PNS itu penting karena dengan adanya para PNS, negeri ini bisa terurus. Dan tidak memilih menjadi PNS juga tak kalah penting, karena roda perekonomian akan bergerak dengan adanya orang-orang kreatif yang berwirausaha.

Menjembatani masalah ini, menurut Saya kita tidak boleh saklek pada salah satu dan hanya memandang masalah sebatas hitam dan putih saja. "Ambillah yang paling banyak manfaatnya", itulah yang Saya yakini.

3. Karir Keluarga.

Mungkin aneh mendengar istilah karir keluarga. Mosok sih keluarga juga bagian dari karir? Menurut Saya, karir keluarga itu unik. Kita akan menjalaninya begitu kita menikah. Anda tahu kapan akhirnya? Karir keluarga bahkan akan terus berlanjut setelah kita mati. Kita akan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan. Ketika kita memutuskan untuk menikah, saat itu status kita akan berubah, mulai dari menjadi suami atau istri, menjadi ayah/ibu, kakek/nenek. Begitu seterusnya hingga mati.

Selayaknya sebuah karir, keluarga juga perlu perencanaan dan perhatian. Jangan sampai tidak. Keluarga adalah sekolah pertama kita. Institusi tertua di dunia ini. Di dalam keluargalah sebenarnya kita mulai dan akan kita akhiri hingga jauh. Tanggungjawabnya tidak hanya di dunia tapi juga di akherat. Pilihan ada di tangan kita. Rencanakanlah. Persiapkanlah. Mulailah dari yang baik dengan memilih pasangan hidup yang baik dan sesuai untuk kita. Jika kita menginginkan yang terbaik, jadikan diri kita layak mendapatkannya. Baikkan dulu diri kita.

Jangan asal pilih. Asal cantik, asal kaya, asal "berdarah biru" dan lain sebagainya. Tapi pilihlah. Lakukanlah seleksi. Sebagaimana bercocok tanam, diperlukan lahan yang baik untuk menanam bibit terbaik. Harapannya tentu saja berupa hasil panen yang baik pula.

4. Karir Masyarakat.

Karir Masyarakat ini erat kaitannya dengan hubungan kita dengan masyarakat. Karir ini penting agar kita dan keluarga kita diterima di lingkungan sekitar kita. Kita tidak hidup sendiri melainkan juga berinteraksi dengan orang lain di sekitar kita. Ketika kita dan keluarga kita baik, ajak juga lingkungan sekitar kita baik. Titik tekan dari Karir masyarakat ini adalah sejauh apa kita bisa diterima dan sebesar apa kita mampu berkontribusi nyata di masyarakat.

Menapaki Karir Masyarakat ini, kita bisa memulainya dari yang kecil-kecil dulu. Mulai dari berinteraksi dengn tetangga sebelah rumah kita dan terus menyebar hingga luas. Pastikan kita berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan. Jangan menjadi makhluk egois. Karena ini bagian dari karir. Maka rencanakanlah. Ketika kita memilih lingkungan tempat tinggal, jangan asal pilih. Tapi pilihlah lingkungan yang baik untuk perkembangan kita dan keluarga kita.

Nah, akhirnya jangan sampai kita tidak seimbang dalam berkarir dengan hanya meniti karir kerja saja. Perhatikan juga Karir Akademis , Kelurga, dan Masyarakat kita. Betapa banyak orang yang sukses membangun kerir kerja tapi berantakan keluarganya. Atau orang yang keluaganya baik, tapi tidak diterima di lingkungannya. Jadilah kita menjadi insan yang pandai merencanakan dan mempersiapkan sumber daya untuk mendukung keempat karir kita tersebut.

Jebakan Rutinitas

Salah satu jebakan aktivitas yang bisa membuat kebosanan adalah jebakan rutinitas. Rutinitas yang berarti melakukan segala sesuatu dengan ajeg. Stagnan. Selalu melakukan aktivitas yang sama setiap hari. Padahal, terjebak dalam rutinitas akan membuat seseorang itu kehilangan gairah kerja. Kehilangan semangat. Hal ini dikarenakan ia sudah terlalu sering dan biasa melakukannya. Akhirnya, ia merasa tidak pernah ada yang spesial dari aktivitasnya.

Siapa yang tak ingin bosan dalam aktivitasnya, maka ia tidak boleh terjebak dalam kunkungan penjara rutinitas. Perhatikan! Sesuatu itu jika sudah dilakukan secara berulang-ulang, maka ia akan cenderung membosankan. Jika aktivitas itu membosankan, lalu apa enaknya? Anda akan "boring" dan akhirnya "mati" perlahan.

Jebakan rutinitas ini bisa menimpa siapa saja. Apapun profesi kita dan dimanapun level karir kerja kita. Sesungguhnya kita memiliki peluang yang sama untuk terjebak dalam penjara rutinitas. Sebuah penjara perasaan yang lebih mengerikan dari penjara bawah tanah zaman militer (lebay ya..). Tapi ini benar lho. Bayangkan, Anda masuk penjara bawah tanah yang gelap gulita. Tanpa cahaya. Tanpa teman. Tanpa kawan untuk bicara. Setiap hari aktivitas Anda hanyalah makan dan tidur. Saat itu, semuanya tak ada artinya, karena Anda perlahan akan menjadi stress. Jika hal ini terus dilanjutkan, maka bukan hal yang mustahil Anda akan menjadi GILA. Mengerikan bukan? Mungkin inilah model penjara yang cocok sebagai hukuman untuk para KORUPTOR di Indonesia (he..he..).

Nah lo! Hati- hati ya. Jangan sampai kita terjebak dalam rutinitas. Jika kita terbiasa melakukan kegiatan yang rutin dan berulang-ulang terus setiap hari, sesekali lakukanlah variasi. Lakukanlah hal-hal yang berbeda agar kita tidak bosan yang pada akhirnya akan menurunkan gairah kerja kita. Lakukanlah hal yang berbeda, asal tetap dalam batasan yang baik. Batasannya adalah kita berkreatifitas sebebas-bebasnya dalam koridor pekerjaan kita tetap terselesaikan dengan baik. Variasi itu ada bermacam-macam. Tergantung kegiatan rutin yang biasa kita lakukan.

Jika Anda adaah seorang Mahasiswa. Jangan terjebak dalam rutinitas. Siklus gerak Anda mungkin seperti ini: Kost, Kampus, Kantin, Warnet, dst. Sesekali lakukanlah hal yang berbeda. Jika Anda biasanya bangun pagi, sholat subuh, lalu tidur lagi. Sesekali lakukanlah olah raga pagi. Jika biasanya berangkat kuliah lewat jalan yang ramai, sesekali lewatlah "jalan tikus". Jika biasanya membawa motor, sesekali Anda perlu jalan kaki. Jika biasanya makan di warung kucingan yang biasa-biasa saja. Sesekali menabunglah dan makanlah di kafe yang bergengsi dengan menu yang enak-enak dan mahal. Tujuannya hanyalah, agar Anda tidak bosan dan bahkan Anda akan mendapatkan pengalaman baru.

Jika Anda adalah seorang pegawai kantoran yang biasanya berangkat jam 8.00 pulang jam 16.00. Anda masuk kantor, duduk, lalu mengerjakan tugas Anda. Lakukanlah variasi agar Anda tidak bosan. Sesekali, berangkatlah lebih pagi dan masuklah ruang kerja Anda. Lalu ubah sedikit layout meja kerja Anda. Atau ubahlah urutan kerja Anda. Syaratnya adalah pekerjaan Anda tidak terbengkalai. Atau ketika Anda pulang kerja, sesekali buatlah suasana yang berbeda. Belilah oleh-oleh kecil buat Istri Anda yang setia menunggu di rumah. Jika biasanya di hari Minggu Anda istirahat, sesekali keluarlah untuk rekreasi bersama keluarga… enak to, mantab to..

Masih banyak permisalan yang lain. Tapi pada dasarnya adalah berhati-hatilah dengan jebakan rutinitas. Berkreasilah dalam aktivitas rutin yang Anda jalani, agar Anda tidak jemu, bosan, dan stress.

Perhatikan! Kreatiflah dalam rutinitas, maka Anda akan tetap pada gairah kerja.

Berani Hadapi Masalah

Setiap diri kita pasti menghadapi yang namanya masalah. Itulah seni hidup, jika kita mau menyelaminya. Masalah-lah yang akan membuat kita semakin dewasa dan semakin bijak menjalani hidup ini, jika jika benar mensikapinya.

Masalah itu akan terasa besar dan sangat berat untuk diselesaikan, jika kita hanya melihatnya saja dan tidak bergerak untuk menyelesaikannya. Seolah masalah itu begitu rumit, karena kita tak jua berusaha untuk mulai mengusutnya. Sebenarnya bukan seberapa besar atau kecil masalah yang kita hadapi, tapi bagaimana kita berani, meskipun dengan langkah-langkah kecil, menyelesaikan setiap masalah yang ada.

Ibarat hendak memakan seekor kambing, tentulah terasa berat jika harus ditelan satu kambing utuh. Bahkan tidak mungkin dilakukan. Bagi orang-orang yang pesimis, pasti tidak akan bisa menelan kambing itu, karena mentalnya telah "down" melihat kambing yang begitu besarnya yang dibandingkan dengan mulut kecilnya. Tapi bagi orang orang yang optimis, ia akan kreatif untuk bisa menelan kambing itu. Ia akan tersenyum, mengambil parang lalu mulai menyembelih kambing itu. Ia kuliti, lalu ia potong-potong dagingnya kecil-kecil dan dijadikan sate kambing yang enak. "Hap", sate itu dimakan.

Jika masalah yang kita hadapi itu seolah besar, maka jangan tertipu. Tak ada yang besar jika kita membaginya menjadi beberapa bagian yang kecil-kecil. Optimis adalah kuncinya. Optimisme yang melahirkan kerja nyata. Optimisme yang melahirkan kreativitas. Karena optimisme itu adalah bagian dari kemenangan. Yakinkan kita bisa, karena kita luar biasa.

Trust Your Heart


Dalam kehidupan ini, ada terang benderang ada gelap gulita. Perpaduan dari keduanya adalah keindahan. Jika hanya terang benderang, maka tak ada yang istimewa karena semuanya sudah kasat mata. Justru gelap itulah yang membuat indah, karena ada sesuatu yang misterius. Kita lah yang harus berkreativitas menyibak tabir kegelapan itu. Kita penasaran lalu kita akan mengetahuinya.

Itulah rahasia. Ghoib adanya. Ada yang relatif dan ada yang mutlak. Ghoib relatif itu akan terlihat jika tirai penutupnya terbuka. Sedangkan Ghoib mutlak itu tak akan terbuka selamanya di dunia ini dan sepenuhnya menjadi hak Alloh untuk mengungkapnya kelak di hari akherat.

Apa yang menjadi rahasia hidup Anda? Apa?

Adalah rahasia dari Rizki, Jodoh, Hidup dan Mati. Semuanya dalam genggaman Alloh. Tapi Anda akan mengalaminya di dunia ini. Artinya keempat hal itu bersifat relatif, kegelapan yang akan terang benderang pada masanya datang cahaya. Mensikapi keempat hal itu, tak berlaku lagi hitung-hitungan matematis yang berasal dari akal, karena akal tak akan mampu menjangkaunya. Lalu apa yang bisa menjangkau?

Adalah HATI. Hati Andalah yang bisa merasakannya. Karena Hati tak pernah salah. Karena Alloh (sifat2nya) ada dalam hati kita; yang selalu memberi sinyal, filter, warning dari tiap apa yang kita fikirkan dan apa yang kita kerjakan. Syaratnya adalah hati kita tidak mati. Selalu hidup dan berinteraksi dengan Alloh. Khuyu', sakinah, bening, damai.. Biarlah rahasia itu menjadi milik masa depan, yang akan terungkap jelas pada waktunya..

Pertanyaan paling penting adalah jika rencana Alloh itu pasti dan rencana kita itu nisbi, mana yang berpeluang terjadi? Pastilah rencana Alloh bukan? Bukankah sebaiknya kita ikuti saja rencana Alloh. Lalu, bagaimana caranya kita tahu seperti rencana Alloh terhadap kita? Bagaimana?

"Alloh itu sesuai dengan DZHON(PRASANGKAAN) hambaNya"

"Alloh selalu memberikan yang BAIK bagi kita, karena Dialah yang lebih tahu siapa diri kita, kebutuhan kita, masa lalu dan masa depan kita. Bahkan seluruh alam raya ini berada dalam genggamanNya"

Cara terbaik mengetahui rencana Alloh adalah dengan meyakini dan mebenarkan hati kita. TRUST Your Heart, TRUST Your God.

Fokuskanlah HATI dan FIKIRAN kita pada yang baik-baik (positif) saja, wujudkan dalam kerja nyata. Maka kebaikanlah yang akan terjadi. Sebab jika hati dan fikiran kita fokus dengan yang tidak baik (negatif), maka itu keburukan pulalah yang akan terjadi.

"Gunakanlah keikhlasan sebagai bukti kualitas pekerjaan Anda dan tawakkal sebagai kekuatan penantian hasilnya"

Maka Anda akan menjadi dahSyat Luar Biasa!

Berani Menentukan Pilihan

"Hidup ini adalah pilihan." Tepat sekali ungkapan tersebut. Sejatinya, inilah hidup. Kita senantiasa dihadapkan pada pilihan-pilihan, dan kita harus berani mengambil keputusan. Tidak boleh tidak. Karena tidak memilih berarti pengecut, yang takut menghadapi hidup.

Selalu ada resiko di setiap pilihan kita. Ke kanan atau ke kiri kita selalu dihadapkan pada masalah. Bahkan ketika kita hanya diam tidak memilih, kita pun tetap menghadapi masalah, atau justru kita menjadi sumber masalah.

Seorang pelajar yang telah lulus, harus memilih di Universitas mana Dia akan melanjutkan studinya. Seorang yang ingin berkarir, suatu saat harus menentukan dibidang apa ia ingin sukses. Tak mungkin semua bidang ditekuni, tak mungkin juga jika tak menekuni semuanya. Seorang pemuda jika datang masanya berumah tangga, suatu saat harus memilih perempuan mana yang akan dinikahinya. Tak mungkin memilih semuanya, mustahil tidak memilih semuanya.

Ingatlah, selalu ada konsekuensi dari jalan hidup yang telah kita pilih. Tak boleh menyesal. Karena menjadi dewasa itu berarti Anda menentukan pilihan dan Anda tidak menyesalinya. Ambillah keputusan dan ambil pula resikonya.

Beranilah, semangatlah, optimislah, sabarlah, kuatlah, tekunlah... Niscaya akan sampai jua cita-cita.

Dream is Power

Impian akan mengantarkan seseorang pada gairah kehidupannya. Tak ada impian, takkan ada semangat hidup karena Ia tak terobsesi menuju sebuah akhir perjalanan. Ia akan diam. Mati. Bisa jadi Ia mengadakan perjalanan, tapi Ia tak pernah sampai pada tempat yang dituju lantaran Ia memang tidak punya. Semua jalan yang Ia lalui adalah benar karena Ia tak tahu dimana akhir perjalanannya.

Jika Anda ingin melihat orang-orang besar, lihat pula seberapa besar impiannya. Orang besar selalu memiliki impian-impian yang besar, meskipun ketika Ia mendeklarasikan impiannya itu kondisinya belum memungkinkan. Besarnya impiannya itulah, yang senantiasa memotivasinya untuk berubah. Setiap hari dalam hidupnya, ia menempa dirinya agar layak mencapai impiannya itu.

Sebelum impian-impian besarnya itu terwujud, dan ketika sedang mengusahakannya, ia senantiasa dihadapkan dengan berbagai macam kondisi. Terkadang kondisi yang mudah, dan tak jarang kondisi yang sangat sulit. Terkadang angin yang sepoi, terkadang badai. Terkadang mentari yang hangat, terkadang panas membakar kulit. Tak ia hiraukan semuanya, karena semuanya baik adanya. Karena ia yakin semua ada hikmahnya. Semuanya adalah petunjuk atas do'a-doanya selama ini. Ia hadapi satu per satu rintangan yang menghadang perjalanannya hingga ia benar-benar mencapai impiannya.

Hingga akhirnya, ketika Ia mencapai impian-impian besarnya, Ia sudah lupa dengan semua derita yang Ia lalui di setiap perjalanannya. Ia hanya tersenyum kepada dirinya, kepada manusia di sekitarnya, dan kepada Tuhannya. Ternyata Ia mampu meraih semuanya, ternyata Ia bisa sampai di garis finish impiannya. Ternyata perjalanan yang begitu jauh, terjal, melelahkan bisa Ia lalui..

Dreams is power!

"jangan biarkan kondisi yang Anda miliki sekarang mengkerdilkan impian Anda di masa depan. Tapi jadikanlah besarnya impian Anda di masa mendatang itu, untuk membentuk diri Anda saat ini!"

Rintangan itu Membahagiakan

Sahabat, dalam satu training Saya pernah bertanya kepada para peserta training. Pertanyaannya kurang lebih seperti ini,

"Sahabat sekalian, jika tiba-tiba saat ini Anda mendapatkan tawaran penghasilan 1 Milyar per-bulan apakah Anda akan mau menerimanya?"

Sebagian dengan koor menjawab,"Mau… mau banget!!" sebagian lagi lebih berhati-hati."Kita lihat dulu pekerjaannya seperti apa Mas! Kalo enak ya Saya ambil, kalo tidak enak ya mendingan tidak usah".

Lalu Saya pun menjelaskan,"Tugas Anda adalah BERDIAM DIRI DI RUMAH. Anda tidak melakukan apa-apa. Anda tidak boleh keluar rumah, karena satu-satunya pekerjaan Anda adalah menganggur. Anda juga tidak boleh memikirkan hal-hal yang aneh-aneh. Tidak boleh melakukan pekerjaan apapun selain makan, tidur, dan ke kamar mandi. Bagaimana, ada yang mau?"

Mereka para peserta sebagian kecil tertawa. Tapi rata-rata mereka butuh waktu yang lama untuk menjawab, dan jawabannya pun banyak yang tidak tegas… intinya mereka bingung.

Para pembaca, jika pertanyaan tersebut Saya tanyakan kepada Anda, apa yang menjadi jawaban Anda? Apakah Anda mau atau tidak?? Alasannya apa?

Sahabat, menjadi kaya dan berpenghasilan melimpah adalah impian setiap orang. Tak bisa dipungkiri, masih banyak diantara kita yang rela menempuh studi yang tinggi demi mendapatkan gelar dan kedudukan. Yang ujungnya sebenarnya adalah ingin kaya, atau jika tidak ingin dikatakan ingin kaya setidaknya takut miskin alias tidak ingin hidupnya sengsara dan menderita. Benar kan?

Ketika seseorang hidup miskin, yang menjadi harapannya tentu saja hidup berkecukupan. Bahkan lebih, setelah berkecukupan Ia akan meminta kepada Tuhan agar Tuhan memberinya kekayaan lebih banyak lagi. Sudah menjadi sifat manusia untuk tidak pernah puas dengan yang dimilikinya. Lalu, ketika semakin banyak materi yang di milikinya, dengan cara apa Ia menikmatinya? Ia akan merasakan nikmatnya penghasilan besar tiap bulan itu ketika ia mengingat dan membandingkan dengan usahanya dalam melewati setiap rintangan. Sehingga setiap rupiah yang ia dapatkan menjadi berarti. Ia tahu persis berapa keringat yang tercucur dari peluh dan tubuhnya sebagai usahanya untuk mendapatkan uang. Begitu seterusnya.

Ketika seseorang berpenghasilan besar, tapi ia tidak mendapatkannya dengan susah payah, maka ketahuilah kadar kenikmatannya akan berkurang. Tak peduli berapapun besarnya penghasilan, lama-lama penghasilannya itu tidak dapat memenuhi kekosongan hatinya, karena ia tidak memiliki pembanding sebagaimana orang yang mendapatkan penghasilannya dengan susah payah tadi. Lebih parah lagi, ketika tribulasi dalam mendapatkan penghasilan itu hilang. Seperti contoh kasus yang Saya ajukan di atas. Berpenghasilan 1 Milyar per-bulan, tapi ia hanya diberi begitu saja tanpa usaha. Awalnya mungkin orang tersebut akan bahagia. Dengan berpenghasilan 1 Milyar per-bulan, Ia akan dengan cepat me-list daftar belanjaan, daftar wisata, dan banyak pengeluaran lainnya.

Tapi, ternyata kebahagiaan itu hanya sesaat saja. Ketika ia harus BERDIAM DIRI di dalam rumah dan satu-satunya pekerjaannya adalah menganggur, sampai berapa bulan Dia akan bertahan? Kalau, Anda yang mengalaminya, berapa lama Anda akan bertahan? Saya yakin, awalnya Anda akan senang bukan kepalang, lalu lama kelamaan Anda akan gundah, lalu stress, bahkan jika diteruskan mungkin Anda akan mejadi GILA. Benarkah? Jika usia Anda saat ini 30 tahun, dan Anda mati di usia 60 tahun berarti ada waktu 30 tahun bagi Anda untuk menikmati penghasilan 1 Milyar per-bulan. Tapi yang menjadi pertanyaan adalah "Apakah Anda siap, selama 30 tahun hanya berdiam diri di rumah, tidak kemana-mana. Selama 30 tahun Anda hanya makan, tidur, dan ke kamar mandi? Yang berarti selama 30 tahun Anda hanya menunggu satu kepastian yaitu MATI?"

Saya yakin Anda pasti tidak akan mau dengan keadaan seperti itu. Yang Anda inginkan tentu saja bekerja , bersosialisasi dengan lingkungan, mendapatkan rintangan, Anda menyelesaikannya, mendapatkan hasilnya, lalu Anda menikmatinya? Benar kan?

Apapun jenis pekerjaan Anda saat ini, siaplah dengan rintangannya. sesungguhnya rintangan itulah "dewi fortuna" yang selalu Anda tunggu. Rintangan lah sejatinya pemberi semangat kerja Anda, yang tanpanya, Anda hanya akan mendapatkan kehidupan yang membosankan. Dengan rintangan itu, Anda akan mengecap kenikmatan penghasilan Anda. Besar atau kecil pada akhirnya tidak menjadi masalah, karena Anda akan membandingkan dengan gigihnya usaha Anda dalam menghadapi dan menyelesaikan rintangan kerja. Setiap rupiah akan terasa semakin bermakna setelah kita ingat sulitnya perjuangan kita mendapatkannya. Dengan begitu kita akan lebih bijak menggunakannya untuk hal-hal yang bermanfaat untuk kita dan keluarga yang kita cintai.

So, sambutlah rintangan dalam hidup ini dengan antusias. Karena sesungguhnya, "Rintangan itu Membahagiakan!"

Selamat Mencoba.

Menumbuhkan Mental Kaya

Menjadi kaya adalah keinginan sebagian besar orang. Menjadi kaya berarti memiliki penghasilan yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran. Bisa membeli apapun yang diinginkan, memiliki gaya hidup yang high class. Atau melakukan aktivitas yang menyenangkan tanpa harus terbatas dengan minimnya uang yang dimiliki. Setidaknya itulah pandangan yang ada sekarang, menjadi kaya selalu diidentikkan dengan materi yang melimpah. Benarkah demikian?

Tentunya pandangan umum seperti di atas tidak salah. Tapi juga tidak sepenuhnya benar. Bahwa kekayaan selalu diidentikkan dengan materi yang melimpah dan bertumpuk, itulah yang kurang tepat. Kekayaan lebih merupakan sebuah sikap mental. Sikap mental berarti kondisi yang immateri. Tidak kasat mata. Sikap mental inilah yang harusnya menjadi ukuran pertama kali atas kaya tidaknya seseorang. Bagaimana cara mengukurnya? Sikap mental adalah karakter yang terwujud dalam sikap atau perilaku seseorang.

Dari penjelasan mengenenai sikap mental ini, manusia dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu manusia yang memiliki sikap mental MISKIN dan KAYA. Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Sikap mental seorang miskin dicirikan selalu merasa kurang atas pendapatannya, sulit untuk memberi karena untuk diri dan keluarganya dirasa masih kurang, hidupnya selalu susah karena keinginannya tidak tercapai dari pendapatannya yang kecil, selalu resah akan esok hari makan apa dan tinggal dimana, dst. Sedangkan sikap mental seorang kaya dicirikan dengan selalu cukupnya pendapatan yang dimilikinya, sangat dermawan dan tidak sulit untuk memberi karena tidak khawatir rejekinya habis, hidupnya selalu bahagia karena bisa mewujudkan keinginannya, tidak khawatir esok hari akan susah,dst.

Mana yang Anda pilih? Atau mungkin pertanyaannya diubah,"Anda termasuk golongan yang mana?"

Saya yakin harapan Anda tentu saja menjadi orang yang ber-MENTAL KAYA. Jika sikap mental kaya itu belum ada pada diri kita, sekaranglah saatnya kita berlatih menjadi orang yang bermental kaya. Ingat, bakat untuk bermental kaya ataupun miskin itu telah ada pada diri kita. Terserah kita akan mengembangkan yang mana? Satu-satunya jalan agar tidak menjadi miskin adalah membuang jauh sikap mental miskin. Dan tidak ada jalan untuk membuang sikap mental miskin, kecuali terus mengembangkan sikap mental kaya. Sikap mental kita ibarat sebuah gelas, jika didalamnya sudah berisi air putih padahal kita menginginkan air sirup. Maka satu-satunya jalan adalah membuang air putihnya dengan terus-menerus mengisi gelas itu dengan air sirup.

Lalu bagaimana dengan TAKDIR Tuhan? Bukankah manusia sudah ditakdirkan kaya atau miskin sebelum terlahir di dunia ini?

Satu hal yang harus kita yakini, bahwa Tuhan senantiasa mentakdirkan kita pada kondisi yang baik dan terbaik. Dia telah mengaruniakan kepada kita bakat untuk menjadi kaya atau miskin dalam alam immateri mental kita. Coba sekarang kita raba bagaiamana kehendak Tuhan terhadap manusia. Adakah Tuhan menginginkan yang tidak baik untuk kita? Pasti tidak ada rencana Tuhan yang buruk untuk kita. Kalaupun sekarang kondisi kita masih buruk, misalnya miskin, coba cek lagi. Pasti kita sendiri yang menyebabkan kemiskinan itu. Mungkin kita malas berusaha, susah untuk memberi, selalu mengeluh dengan pendapatan dan rejeki yang Tuhan kirim? Akhirnya sikap seperti itu menjauhkan kita dari-Nya. Bukankah wajar jika Tuhan menjauh dari kehidupan kita, lantaran kita pun memiliki sikap mental yang tidak disukai Tuhan. Lalu bagaimana Anda berharap bisa kaya dengan sikap mental miskin itu? Bagaimana mungkin Tuhan mengijinkan Anda kaya, kalau sikap mental miskin itu dibenci-Nya?

Cobalah selami sudut pandang Tuhan. Orang kaya yang seperti apakah yang paling disukai Alloh, Tuhan pemberi rejeki semesta alam ini? Orang kaya yang paling disukai Alloh adalah orang kaya yang selalu bersyukur, gemar bersedekah, optimis akan hari esok karena yakin akan jaminan-Nya, selalu membantu sesama, dst.? Bukankah itu berarti orang kaya yang disukai Alloh adalah yang memiliki sikap mental kaya? Bukankah itu sama artinya, Alloh akan menjadikan kaya siapapun yang telah memiliki mental kaya, dalam hatinya?

Maka, jadikanlah sebelum kekayaan itu ada di tangan kita, melainkan ia telah terwujud dalam sikap mental kita.

Saat ini milikilah sikap mental kaya, berapapun penghasilan Anda. Jika masih kecil dalam pandangan manusia, jangan dulu berkecil hati akan pandangan Alloh. Tetaplah bersyukur, tetaplah bersedekah, yakinlah akan jaminan rejekinya yang melimpah, optimislah akan hari esok yang lebih baik bagi Anda. Jika sikap mental kaya telah menjadi karakter Anda, maka tunggulah kekayaan mengejar dan menghampiri Anda.

Selamat Mencoba!

Kewibawaan dalam Keteladanan

Setiap pemimpin pasti ingin agar dirinya ditaati dan dipatuhi. Seorang suami yang memimpin istrinya, pastilah ingin agar istrinya itu mentaati perintahnya. Seorang Ibu pasti berharap anak-anaknya hormat, patuh dan taat padanya. Di kantor atau ditempat kerja, seorang Menejer pastilah ingin agar berwibawa di hadapan bawahannya.

Tapi anehnya tidak sedikit seorang suami yang dikhianati istrinya, tak sedikit Ibu yang menderita justru karena tingkah polah anak-anaknya, dan banyak pula atasan yang tidak dihargai bawahannya. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Ketika seorang pemimpin tidak dihargai, seketika itu juga mayoritas dari mereka itu melempar kesalahan kepada yang dipimpinnya. Seorang suami yang dikhianati istrinya, akan dengan cepat mengatakan bahwa istrinya tidak setia, pemalas, pembangkang. Seorang Ibu yang tidak ditaati anak-anaknya dengan cepat akan mengeluarkan vonis terhadap anak dengan memberinya gelar "anak durhaka". Atau mungkin seorang Menejer yang tidak dihargai oleh anak buahnya, tidak butuh waktu yang lama untuk menarik kesimpulan anak buahnya tidak tahu diri. Padahal, Ia lupa untuk meneliti satu hal, yaitu DIRINYA SENDIRI. Bagaimana dengan kualitas dirinya sehingga Ia dikhianati, dilawan, dan disepelekan?

Siapapun pemimpin yang ingin berwibawa, harus mampu bercermin diri. Sudahkah ia memberi teladan yang baik kepada orang yang dipimpinnya. Kewibawaan pemimpin itu akan berbanding lurus dengan kemampuannya memberi teladan. Bisa jadi pemimpin itu pandai mengambil hati dari retorika kata-katanya yang menawan. Tapi sampai berapa lama orang lain akan tertawan hatinya, jika tidak diiringi dengan teladan nyata? Sudah banyak pemimpin yang gagal memberi telada, akhirnya ia hancur dan binasa justru dari kata-katanya yang tidak sinkron dengan perbuatannya.

Maka, jangan pernah menyuruh orang lain melakukan sesuatu kecuali kita sebagai pemimpin telah mencontohkannya. Jangan pernah menasihatkan kebaikan kepada orang lain, melainkan nasihat itu telah melekat pada perilaku kita. Jika Anda seorang suami yang ingin menasihatkan kelembutan kepad Istri, cara terbaik memberinya nasihat adalah menjadikan kelembuatan itu sebagai bagian dari diri Anda. Jika Anda seorang Ibu yang ingin mengingatkan agar anak-anak Anda mentaati Anda, pastikan ketaatan itu telah melekat pada Anda yang tercermin dari kepatuhan Anda kepada Suami. Niscaya nasihat Anda akan memiliki power. Bukankah perilaku anak itu adalah foto copy-an dari orang tuanya?

Maka, Jika kita menjadi pemimpin tertinggi di sebuah perusahaan, pastikan kita memberi teladan kepada anak buah kita. Atau kita akan kehilangan wibawa! Jangan pertaruhkan wibawa kita dengan ceroboh berkata-kata, dengan mengatakan apa-apa sejatinya tidak menjadi bagian dari diri kita.

Ingatlah, ada kewibawaan dalam keteladanan.

Sahabat, di negeri yang sudah penuh dengan masalah ini. Yang paling banyak menimbulkan masalah adalah orang yang tidak berani mengakui dan memperbaiki kesalahannya. Ia terus mencari kambing hitam, semata hanya agar dirinya kelihatan terhormat di mata manusia. Padahal yang terjadi justru sebaliknya. Perlakuan orang lain terhadap kita sesungguhnya adalah sebuah refleksi dari bagaimana kita memperlakukan orang lain.

Kita harus berani mengakui, saat ini negeri kita tercinta memiliki cita-cita yang luhur agar rakyatnya sejahtera. Tapi tampaknya realitas berkata lain, kesenjangan terasa begitu nyata. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Saat ini cita-cita luhur itu ternodai dari kegagalan para pemimpin negeri ini untuk memberi contoh yang baik. Tak heran di Televisi sering kita saksikan kekerasan, tawuran, pembunuhan, umpatan, sumpah serapah dari kata "asu" sampai "bajingan". Jangan heran, semua dimulai dari BIANGNYA, yaitu para pemimpin negeri ini. Jika keadaan seperti ini terus dipertahankan, pemimpin sudah "keblinger" dan lupa daratan sementara rakyat tidak percaya lagi dengan pemimpin. Sampai kapan negeri ini akan bertahan? Sampai kapan impian akan terwujudnya kesejahteraan akan menjadi kenyataan??

Wahai para pemimpin, INGATLAH: Ada Kewibawaan dalam Keteladanan!