Entri Populer

Rabu, 13 Oktober 2010

Kewibawaan dalam Keteladanan

Setiap pemimpin pasti ingin agar dirinya ditaati dan dipatuhi. Seorang suami yang memimpin istrinya, pastilah ingin agar istrinya itu mentaati perintahnya. Seorang Ibu pasti berharap anak-anaknya hormat, patuh dan taat padanya. Di kantor atau ditempat kerja, seorang Menejer pastilah ingin agar berwibawa di hadapan bawahannya.

Tapi anehnya tidak sedikit seorang suami yang dikhianati istrinya, tak sedikit Ibu yang menderita justru karena tingkah polah anak-anaknya, dan banyak pula atasan yang tidak dihargai bawahannya. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Ketika seorang pemimpin tidak dihargai, seketika itu juga mayoritas dari mereka itu melempar kesalahan kepada yang dipimpinnya. Seorang suami yang dikhianati istrinya, akan dengan cepat mengatakan bahwa istrinya tidak setia, pemalas, pembangkang. Seorang Ibu yang tidak ditaati anak-anaknya dengan cepat akan mengeluarkan vonis terhadap anak dengan memberinya gelar "anak durhaka". Atau mungkin seorang Menejer yang tidak dihargai oleh anak buahnya, tidak butuh waktu yang lama untuk menarik kesimpulan anak buahnya tidak tahu diri. Padahal, Ia lupa untuk meneliti satu hal, yaitu DIRINYA SENDIRI. Bagaimana dengan kualitas dirinya sehingga Ia dikhianati, dilawan, dan disepelekan?

Siapapun pemimpin yang ingin berwibawa, harus mampu bercermin diri. Sudahkah ia memberi teladan yang baik kepada orang yang dipimpinnya. Kewibawaan pemimpin itu akan berbanding lurus dengan kemampuannya memberi teladan. Bisa jadi pemimpin itu pandai mengambil hati dari retorika kata-katanya yang menawan. Tapi sampai berapa lama orang lain akan tertawan hatinya, jika tidak diiringi dengan teladan nyata? Sudah banyak pemimpin yang gagal memberi telada, akhirnya ia hancur dan binasa justru dari kata-katanya yang tidak sinkron dengan perbuatannya.

Maka, jangan pernah menyuruh orang lain melakukan sesuatu kecuali kita sebagai pemimpin telah mencontohkannya. Jangan pernah menasihatkan kebaikan kepada orang lain, melainkan nasihat itu telah melekat pada perilaku kita. Jika Anda seorang suami yang ingin menasihatkan kelembutan kepad Istri, cara terbaik memberinya nasihat adalah menjadikan kelembuatan itu sebagai bagian dari diri Anda. Jika Anda seorang Ibu yang ingin mengingatkan agar anak-anak Anda mentaati Anda, pastikan ketaatan itu telah melekat pada Anda yang tercermin dari kepatuhan Anda kepada Suami. Niscaya nasihat Anda akan memiliki power. Bukankah perilaku anak itu adalah foto copy-an dari orang tuanya?

Maka, Jika kita menjadi pemimpin tertinggi di sebuah perusahaan, pastikan kita memberi teladan kepada anak buah kita. Atau kita akan kehilangan wibawa! Jangan pertaruhkan wibawa kita dengan ceroboh berkata-kata, dengan mengatakan apa-apa sejatinya tidak menjadi bagian dari diri kita.

Ingatlah, ada kewibawaan dalam keteladanan.

Sahabat, di negeri yang sudah penuh dengan masalah ini. Yang paling banyak menimbulkan masalah adalah orang yang tidak berani mengakui dan memperbaiki kesalahannya. Ia terus mencari kambing hitam, semata hanya agar dirinya kelihatan terhormat di mata manusia. Padahal yang terjadi justru sebaliknya. Perlakuan orang lain terhadap kita sesungguhnya adalah sebuah refleksi dari bagaimana kita memperlakukan orang lain.

Kita harus berani mengakui, saat ini negeri kita tercinta memiliki cita-cita yang luhur agar rakyatnya sejahtera. Tapi tampaknya realitas berkata lain, kesenjangan terasa begitu nyata. Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Saat ini cita-cita luhur itu ternodai dari kegagalan para pemimpin negeri ini untuk memberi contoh yang baik. Tak heran di Televisi sering kita saksikan kekerasan, tawuran, pembunuhan, umpatan, sumpah serapah dari kata "asu" sampai "bajingan". Jangan heran, semua dimulai dari BIANGNYA, yaitu para pemimpin negeri ini. Jika keadaan seperti ini terus dipertahankan, pemimpin sudah "keblinger" dan lupa daratan sementara rakyat tidak percaya lagi dengan pemimpin. Sampai kapan negeri ini akan bertahan? Sampai kapan impian akan terwujudnya kesejahteraan akan menjadi kenyataan??

Wahai para pemimpin, INGATLAH: Ada Kewibawaan dalam Keteladanan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rekan, silahkan berkomentar di blog Zali Jauhari.