Entri Populer

Selasa, 18 Oktober 2011

Yang Mana Jalan Sukses Anda?

"Jalan manapun yang Anda ambil untuk menuju Sukses, Anda harus siap menempuhnya."

Siapa bilang sukses itu hanya milik segelintir orang. Siapa bilang kita tidak mampu meraihnya. Sesungguhnya kita memiliki peluang yang sama untuk meraih sukses. Setiap manusia dibekali dengan kelebihan dan bakatnya masing-masing. Tuhan tidak pernah menciptakan manusia dalam kesia-siaan. Manusia dibekali dengan kekuatan fisik, akal pikiran, dan hati/perasaan yang akan membuatnya suevive dalam dunia ini, jika saja manusia mampu mengoptimalkannya. Semakin cepat manusia mengoptimalkan bekal dari Tuhan itu, maka manusia akan lebih cepat mencapai kesuksesan yang diimpikannya.

Sukses yang seperti apa?

Terserah Anda!

Menuju titik sukses itu kita akan dihadapkan pada berbagai pilihan jalan. Pilihlah dengan bijak jalan itu, yang Anda yakin akan mampu mengantarkan Anda pada tujuan sukses Anda. Pastikan sebelum memilih jalan itu, Anda benar2 mampu mengetahui resikonya. Dengan begitu, secara mental Anda akan lebih siap. Tinggal Anda menguatkan diri dalam rencana dan tindaka teknis berikutnya. Jangan asal pilih jalan, jangan asal ikut teman. Sebab bisa jadi teman Anda memiliki rencana sukses yang tidak sama dengan Anda. Biarkan dia (teman kita) denga jalannya dan kita tetap menempuh jalan kita.

Egois? Bukan. Kita hanya konsisten di atas jalur cita-cita kita. Yang lain, terserah mereka. Toh mereka sendiri yang bertanggung jawab terhadap kehidupannya.

Rintangan dalam perjalanan pasti ada. Tapi jangan takut, Anda sudah punya bekal untuk survive. Anda punya fisik yang sehat, akal yang normal, dan hati yang punya feel sebagai "indera keenam" Anda. Rintangan itu tidak akan membuat Anda mati, sebab Anda hanya akan mati dengan izinNya. Rintangan itu pun tidak akan membuat Anda terhina, kecuali Anda memang malu dengan pekerjaan Anda. Bahkan, Rintangan itulah teman dalam perjalanan Anda. Jangan dihindari. Hadapi saja!

Ya. Hadapi saja. Menang atau kalah itu nanti. Yang penting Anda berani. Susah atau mudah itu nanti. Yang penting Anda hadapi. Kalau ternyata sanggup, bersyukurlah. Kalau ternyata "gagal", tetaplah bersyukur sebab Anda telah ditunjukkan jalur "gagal" yang harus Anda hindari pada perjalanan berikutnya. Terus bagaimana kalau ternyata jalan yang kita pilih tidak mengantarkan pada kesuksesan yang kita impikan? Bagaimana kalau itu jalan buntu? Mengapa repot. Cari jalan yang lain lagi! Terus seperti itu hingga kita sampai pada kesuksesan yang kita inginkan.

Minggu, 16 Oktober 2011

Lupakan!

"Hidup ini bergerak maju, bukan mundur!"

Lupakan. Lupakan semua sedu sedan. Lupakan jika selama ini kita pernah menderita. Lupakan jika dulu kita pernah dihina. Apa guna sedu sedan, mengingat derita, dan meratapi penghinaan orang lain terhadap kita. Hidup ini bergerak maju, bukan mundur ke belakang. Masa lalu yang kelam itu, yang menguras air mata dan seluruh tenaga dari tulang2 kita itu, bukankah telah berlalu. Bukankah kita masih bertahan hingga sekarang. Dan bukankah semua itu tidak mengurangi cintaNya, perhatianNya serta kasih sayangNya.

Lupakan! Jika suatu hari dulu kita tidak sadar akan pentingnya ujian bagi perkembangan kualitas diri kita. Sebab saat itu kita terlalu sempit memandang bahwa ujian kesulitan itu tidak enak. Bahwa kita meminta dikeluarkan dari segala bentuk kesulitan kita di masa lalu, sekedar untuk beristirahat dari ujianNya. Salah! Semua ujian itu datang dariNya untuk memperkuat karakter diri kita. Semua hanya karena Tuhan sayang dengan kita. Rasa sayang itulah yang membuat kita semakin diuji semakin butuh dekapan Tuhan. Dalam pelukanNya kita mengadu dan meratap, menyadari betapa kecilnya diri kita dibandingkan dengan kekuasaanNya yang begitu agung.

Masa kan berlalu. Derita takkan selamanya. Air mata tak abadi. Pasti ada masa seluruh derita itu pergi dari kita setelah menitip segurah senyum kebahagiaan pada diri kita. Ketika diri sudah semakin baik, ketika diri sudah bias memaknai apa itu makna "merendah" di hadapan Tuhan, saat itulah derita itu akan diangkat dan digantikanNya dengan kebahagiaanNya yang sempurna. Kapan? Terserah Tuhan. Suka-suka Dia. Kapanpun Tuhan mau. Kita hanyalah manusia yang begitu kecil dihadapanNya. Masa kan berlalu dan terus berlalu. Semua sisi kehidupan itu pasti akan kita jalani. Siapa bilang kita menderita dan orang lain di sekitar kita lebih enak hidupnya. Itu adalah pendapat yang kurang tepat, yang hanya kan membuat kita tidak dewasa menerima jamuan ujian Tuhan. Tahukah Anda, orang2 di sekitar kita itu, yang menurut kita lebih enak hidupnya itu, juga diuji olehNya dengan ujian yang juga tak kalah peliknya.

Ada yang kaya raya, tapi tidak tenang dengan hartanya. Ada yang punya jabatan tinggi tapi tak sanggup mengenyangkan dahaga hati. Ada yang tampak baik2 saja, padahal tdk begitu adanya. Ada yang yatim piyatu dan bertarung dengan kehidupannya sendiri. Ada yang mengharapkan anak tapi tak kunjung juga diberi. Ada yang sekolah tinggi tapi tak kunjung mendapat pekerjaan yang dinanti. Ada yang bertahun mencari belahan hati tapi tak kunjung juga terealisasi.

Semua dalam kendaliNya. Semua dalam naskah dan skenarioNya. Tak ada yang boleh menggubah kecuali dengan izinNya. Siapalah kita, apa yang layak kita sombongkan? Sedangkan kita hanya tercipta dari air hina. Ujian hidup itu, semuanya adalah anugerah yang layak untuk disyukuri.

Rabu, 12 Oktober 2011

Bersabarlah, dan Nikmati Perjalanan!

"Maka bersabarlah, sesungguhnya Pohon sabar itu memang pahit tapi buahnya selalu manis."

Selamat pagi rekan2 sekalian. Bagaimana kabar? Marilah kita syukuri hidup kita agar kita menjadi pribadi yang berkecukupan.

Rekan, hidup selalu memiliki aneka ragam liku. Beberapa waktu yang lalu Saya diundang sebagai pembicara di salah satu acara mahasiswa FKIP Universitas Negeri Bengkulu (Unib). Dalam perjalanan dari bandara Fatmawati menuju Danau Mas Harun Bestari Curup. Saya ditunjukkan jalur darat yang bernama "Liku Sembilan", begitu kata salah seorang mahasiswa yang menjadi "guide". Saya jadi berfikir, mungkin seperti itulah kisah jalan hidup manusia. Belok kiri, belok kanan, naik dan turun silih berganti. Terkadang senang, terkadang sedih. Terkadang ramai terkadang sepi. Terkadang berjalan dan berlari begitu cepat, terkadang juga harus berhenti dari perjalanan dan menikmati perjalanan.

Dan tidak hanya berfikir, dalam perjalanan itu Saya juga sedikit merenung. Seandainya manusia tidak mau bersabar, mungkin manusia tidak akan pernah tenang hidupnya. Segalanya pingin yang instan. Doanya harus terkabul saat itu juga. Kalau bisa, mungkin tidak usah ada yang namanya proses. Seperti Tuhan yang bertitah "Kun!" Jadilah maka jadilah. Seandainya saja manusia itu tahu bahwa ada masa antara impian yang menjadi realita. Ada doa yang tidak selamanya harus segera terwujud, sebab Tuhan lebih tahu kondisi dan kebutuhan diri manusia. Bahkan manusia tidak mungkin bisa mewujudkan segala mimpi, cita, dan harapannya tanpa campur tangan Tuhan.

Tuhan selalu menyuruh manusia untuk bekerja. Berusaha mengubah kondisi hidupnya sendiri, sebelum memasrahkannya kepada Tuhan. Bekerja adalah proses mewujudkan mimpi menjadi realita. Bekerjalah dengan penuh kesabaran dan nikmatilah segala proses yang ada. Sebab kalau kita sudah tidak lagi mampu menikmati proses, lantas apa lagi yang sanggup kita nikmati? Kalau kita tidak mampu bersabar dalam perjalanan, pastilah perjalanan kita menjadi sangat membosankan. Umpamakanlah perjalanan hidup kita, perjalanan karir kerja kita itu seperti mengendarai sebuah mobil. Bukankah jalan yang lurus itu ada kalanya membosankan? Atau bisa jadi jalan yang lurus-lurus saja tanpa hambatan itu membuat kita mengantuk dan kita lengah. Bukankah serunya mengendarai mobil itu justru ketika jalan yang kita pilih tidak hanya lurus tapi juga kadang berkelok, kadang kita melewati pemandangan yang indah seperti barisan pegunungan di sisi kiri atau kanan kita. Bukankah lebih nikmat mengendari mobil dengan melewati track yang menantang? Dan bukankah kita akan tersenyum senang ketika kita sudah berhasil melewati tantangan itu dan berkata,"Akhirnya Aku mampu melewatinya!"

Tidak ada pilihan lain. Kita telah terlanjur hidup. Dan kita harus berjuang dengan hidup kita. Kita sendiri yang bertanggung jawab terhadap hidup kita. Bukan orang lain.

Setiap pilihan kita saat ini ibarat pilihan batu bata kecil yang akan kita susun satu per satu menjadi rumah impian kita kelak. Waktu terus bergulir dan pasti suatu saat kita akan sampai pada akhir perjalanan hidup kita. Sabar menjadi satu kata kunci dan pilar hidup bahagia. Ketika kita bersabar, saat itulah kita akan mampu mengingat kembali satu per satu nikmat yang telah Tuhan titipkan untuk kita. Ketika kita mampu bersabar, saat itulah kita mampu untuk menikmati keindahan dan kejadian dalam perjalanan hidup kita. Dan dengan bersabar, kita akan mampu untuk menatap masa depan dengan jernih. Dan pada akhirnya kita akan menjadi pemenang yang sejati di akhir perjalanan kita nantinya.

Maka bersabarlah, sesungguhnya Pohon sabar itu memang pahit tapi buahnya selalu manis.

Salam,

Zali Jauhari.

Kamis, 22 September 2011

Jangan Takut Tidak Kebagian Jatah Rejeki

Selamat malam rekan-rekan sekalian.

Malam ini Saya ingin membahas mengenai masalah rejeki. Sedikit saja, sebab untuk uraian panjang memerlukan waktu dan konsentrasi yang lebih. Sebagian orang mungkin tidak percaya bahwa Tuhan telah membagi rejeki-Nya kepada seluruh makhluknya dengan adil. Tak jarang mereka berkeluh kesah mengapa dengan usaha yang telah dilakukannya selama ini tidak jua mengantarkan dirinya menjadi seorang pribadi yang kaya raya. Jangan salah, menurut mereka masalah rejeki berari masalah uang dan masalah uang berarti masalah perut. Tidak sedikit orang yang stress gara-gara masalah perut.

Nah, sementara sebagian dari rekan kita yang lain mungkin ada yang berpendapat bahwa mengais rejeki sekuat atau selemah apapun tidak akan pernah mengubah jatah takdir rejeki dari Tuhan. Sehingga mereka bekerja dengan sangat pasrah (baca:malas) sebab menurut mereka usaha seperti apapun bentuknya tidak membuat mereka menjadi kaya atau miskin. Sudah takdir sih…begitu katanya.

Anda termasuk yang mana? Kelompok yang pertama atau kedua?

Keduanya salah. Tuhan memang ada dan telah mengatur jatah rejeki manusia. Akan tetapi perhatikanlah titah Tuhan,"Bekerjalah dan bertawakallah!" jauh sebelum manusia disuruh tawakkal yang berarti menyerahkan segala urusan kepad Tuhan, manusia telah diperintahkan untuk bekerja. Kondisi ini berate manusia tidak boleh hanya bertumpu dan sombong dengan usahanya sendiri untuk memperoleh rejeki. Sebab ada peran Tuhan dalam setiap rejeki yang datang padanya. Sebaliknya, manusia juga tidak perlu malas untuk bekerja dan berusaha dengan alas an jatah rejekinya sudah dibagi oleh Tuhan sejak sebelum dirinya dilahirkan.

Jangan takut tidak mendapatkan rejeki. Akan tetapi juga jangan hanya mengandalkan diri sendiri saja. Libatkanlah Tuhan sebelum, saat, dan sesudah berusaha niscaya kita akan mendapatkan rencana, proses, dan hasil yang terbaik menurut kehendak-Nya.

Sekian dan terima kasih.

Rabu, 21 September 2011

Jadikan Dia Sebagai "Istri Kedua"

Selamat malam rekan-rekan sekalian.

Malam ini tampaknya akan menjadi malam yang melelahkan bagiku. Aku harus meng-install 3 buah laptop sekaligus. Maklum, sekarang ada bisnis kecil2an (yang smga bakal besar) Kredit Laptop. Jadi ya dinikmati aja..

Rekan, ketika kita bisa mencintai pekerjaan kita, maka kita tidak akan bosan dan pastinya akan senantiasa antusias menyambut kerja. mengubah kesulitan menjadi tantangan, peluang menjadi kekuatan. hah.. pokoknya kita akan nyaman.

Jadikanlah pekerjaan kita sebagai "istri ke-2" kita yang kita cintai. kita kasihi dan kita rindukan. Sebab, waktu kita terbanyak habis tentu saja buat keluarga dan pekerjaan kita.

Mungkin ada diantara anda yang berpendapat,"ah yang penting kan gajinya besar, biarpun terpaksa aku bakalan betah deh". Mungkin karena terdesak, atau tidak lagi ada keinginan kerja yang lainnya, orang sering memaksakan diri menjalani pekerjaan yang tidak dia sukai. Akibatnya? hasil pekerjaannya tidak maksimal.

Ingat: Gaji besar yang menyenangkan itu hanya ada di bulan pertama dan kedua, selebihnya yang lebih menyenangkan adalah kita bisa menikmati pekerjaan kita.

so, enjoy your life. Jadikan pekerjaan sebagai "istri kedua" kita.

Tetap Semangat!
(tulisan tanpa editing)

Selasa, 20 September 2011

Mau Diapakan Negeri Ini?

Selamat malam Rekan-rekan pemuda di seluruh Indonesia. Bagaimana kabar Anda malam hari ini?

Malam ini sebelum memejamkan mata, tidak ada salahnya kita memikirkan kondisi bangsa dan negara kita saat ini. Sebuah bangsa yang dulu menjadi jamrud khatulistiwa, macan asia, ijo royo-royo, gemah ripah loh jenawi. Sebuah negara yang didirikan dengan tetesan keringat dan darah para pejuang. Sebuah negara, yang sejak dulu terkenal sampai ke penjuru dunia karena posisinya yang strategis dan kaya akan sumber daya alam.

Ya. Indonesia.

Bagaimana mungkin kita bisa berlepas tangan dari membangun negeri ini? Sedangkan kaki kita masih berpijak di bumi pertiwi ini. Kita masih berdiri di bawah langit nusantara. Jangan sampai kita menjadi orang yang hanya bisa menuntut kepada pemerintah yang sampai saat ini mengurus dirinya sendiri saja belum mampu. Untuk membenahi Indonesia tidak cukup hanya menjadi tugas pemerintah saja, akan tetapi menjadi tugas kita bersama sebagai warga negara.

Belajarlah dari Jepang, yang rela membela tanah airnya dengan semangat samurai dan bushido.

Belajarlah dari inggris (kalo tidak salah) dengan tegas mengatakan,"Right or Wrong is my country"

Belajarlah dari Amerika yang punya semangat tempur menguasai seluruh benua.

Dan belajarlah dari orang2 Yahudi yang jumlahnya sedikit tapi loyal terhadap bangsa dan kelompoknya.

Katakanlah pada diri kita,"Apa yang bisa kita perbuat untuk negara ini?" bukan sebaliknya "Apa yang bisa saya dapat dari negeri ini?" Akhir-akhir ini Pemimpin di negeri ini tidak mampu memberi contoh. Mereka telah mandul untuk memberikan solusi atas berbagai masalah yang perlahan tapi pasti menghimpit negeri ini. Bukan hanya bencana fisik yang tidak mampu mereka atasi, tapi juga bencana mental yang tidak bisa mereka hadapi. Korupsi telah mendarah daging di negeri ini, urat malu telah terputus. Rasa cinta berbangsa dan bernegara telah terkotak menjadi cinta terhadap kelompok, partai, suku, dan golongan.

Rakyat telah banyak yang putus asa dan menyerah. Mereka sudah tidak lagi percaya apalagi mendukung pemerintah. Kebanyakan dari rakyat telah memilih jalan pintas yang pragmatis dalam demokrasi. "Ada uang, ada jalan. Gak ada fulus gue diam". Bukan karena mereka mau seperti itu, tapi karena para pemimpin telah memberikan contoh yang tidak baik, rakyat pun tidak segan untuk meniru.

Diantara serpihan-serpihan kata cinta tanah air itu, marilah kita bertanya kepada diri kita wahai para pemuda. Wahai para pewaris tahta negara. Wahai para generasi pembaharu. "Mau diapakan negeri ini?" sekali lagi "Mau kita apakan negeri ini?" Mari sebelum terpejam, kita sama-sama menghayati pertanyaan ini. Kita harus menjadi bagian dari solusi, bukan sekedar tukang paido , komentator, atau kritikus ulung tanpa pernah kita mampu mengambil peran untuk menjadi pemain. Nasib bangsa kita ke depan ada di tangan kita wahai para pemuda indonesia!!!

Manakah yang lebih kita cintai, idealisme kita untuk membangun negeri ini, ataukah nafsu serakah kita untuk menguras asset negeri ini? Manakah yang lebih kita sukai, berjuang untuk menjadi solusi atau keinginan untuk memperkaya diri sendiri? Manakah yang lebih kita pilih berkorban untuk kejayaan pertiwi, atau untuk kepentingan kelompok kita?

Jangan begitu mudah kita injak darah para pejuang. Jangan mudah melupakan sejarah bangsa kita. Kita adalah bangsa yang bermartabat yang tidak pernah mengemis kemerdekaan, melainkan kita mengambilnya dengan harta dan nyawa para pejuang. Sekali lagi, nasib bangsa kita ada di tangan kita para pemuda. Mari kita tanamkan semangan "bushido" samurai jepang dalam diri kita agar bangsa ini kembali menjadi bangsa yang bermartabat di kancah internasional.

Merdeka! Merdeka! Merdeka!

Mereka Orang-orang Tangguh, Jangan Diremehkan

Sayangnya tak ada kampus yang benar2 mengajarkan bagaimana caranya berbisnis dan menjadi pengusaha yang handal. Dunia kampus di Indonesia masih harus dijejali dengan teori-teori bisnis yang telah usang. Berbusa pengajar ngomong, tapi sangat miskin aplikasi. Kampus –diakui atau tidak- telah mencetak pengangguran terdidik setiap tahunnya. Jumlah mereka pun terus bertambah, sementara jumlah lapangan pekerjaan di negeri ini bukannya bertambah tapi justru berkurang.

Pemerintah pun tidak lagi peduli dengan nasib rakyatnya. Pajak dikemplang, proyek dimakan, seenak perut mereka sendiri. Berkoar berantas korupsi tapi diri sendiri memakan uang rakyat. Mengaku wakil rakyat, tapi justru memporak-porandakan harapan rakyat.

Sejuta program pengentasan kemiskinan yang dikeluarkan pemerintah, hanya berhenti pada tataran wacana. Kalaupun terealisasi, itu hanya menguntungkan segelintir elite saja. Bah!

Mungkin Aku terlalu berani mengungkapkan hal ini. Tapi beginilah Aku, kebenaran harus disuarakan. Rakyat sudah terlalu lama menderita. Hati mereka terlalu muak dengan pemerintah, tapi lidah hanya kelu dan tak mampu bersuara. Kalaupun mampu bersuara dan berteriak, mereka yang membuang-buang tenaga untuk berorasi kepada orang-orang yang telah buta dan tuli mata hati. Tak ada respon. Kalaupun ada hanya sebatas kalimat,"Pendapat saudara kami terima dan akan kami tampung".

Diantara keterbatasan perhatian pemerintah, dengan minimnya sumber daya dan kemampuan. Diantara sekian banyak orang yang prustasi terhadap nasib, muncullah segolongan orang kreatif. Orang-orang tangguh yang mampu menyulap sedikit kesempatan menjadi peluang besar. Entah karena idealisme atau karena terpaksa, mereka melakukannya. Mereka adalah para pedagang kaki lima (PKL) yang sering kita jumpai di pinggir-pinggir jalan.

Mereka bermacam-macam mulai dari yang berjualan makanan, hasil kerajinan, bunga-bunga sampai lukisan jalanan. Bagaimana mereka menjadi orang yang sangat kreatif dan tangguh?

Pertama, mereka kebanyakan tidak berpendidikan tinggi. Juga tidak dari lulusan universitas ataupun kelas bisnis yang penuh berjejal teori itu. Tapi mereka "take action" dan real menjadi pengusaha.

Kedua, mereka tidak memiliki tentor/pembimbing. Satu-satunya tentor mereka adalah pengalaman bisnis yang telah dijalani selama ini, berikut pengalaman gagal dari rekan-rekan seperjuangannya.

Ketiga, mereka memulai dengan modal yang sangat terbatas. Saya pernah menjumpai PKL yang untuk memulai usahanya harus berhutang sana-sini.

Keempat, mereka berjualan dalam ketidakpastian dan ancaman. Ketidakpastian apakah lokasi yang mereka tempati esok hari masih boleh ditempati atau tidak. Apakah esok hari satpol PP masih berbaik hati atau tidak. Jangan lupa, preman jalanan juga minta jatah bung! Sekedar "uang keamanan" katanya.

Kelima,mereka harus berjuang sendiri untuk bisa bertahan. Tanpa ada perlindungan dari pemerintah. Tanpa pernah mereka bisa berjumpa dengan wakil rakyat yang mereka pilih dalam pemilu. Lengah dan malas sedikit saja, dapur mereka tidak akan pernah ngebul alias nggak bisa makan bung.

Sesekali tampaknya kita perlu memperhatikan mereka. Mereka itu sangat kreatif dan tangguh. Tanpa ijazah, tanpa gelar, mereka berdagang dengan penuh semangat. Dipalak, diancam, sepi pengunjung, laris, keringat, letih, putus asa, bangkit adalah sahabat mereka sehari-hari. Suatu saat mungkin pemerintah perlu memberikan "PKL Award" atau mungkin pihat swasta perlu membuat "dahSyatnya PKL Award" atau "PKL inbox award". Selalu ada inspirasi dari kehidupan mereka, sebab mereka itu orang-orang tangguh! (tulisan tanpa editing)

Salam sukses.

Kamis, 30 Juni 2011

Leader, Jangan Mengeluh!

“Mengeluh di kala bencana, itulah bencana yang sesungguhnya.”

Selamat Pagi! Rekan-rekan Pemuda di seluruh Indonesia. Bagaimana kabar Anda? Semoga Tuhan senantiasa memberikan kekuatan agar idealisme dan semangat kita terjaga. Tanpa kedua hal itu jangan sebut diri kita pemuda. Sebab dua hal itu (idealisme dan semangat) adalah modal penting untuk perubahan dan bekal kita untuk menjadi Leader-leader terbaik di masa depan.

Pagi ini Saya ingin mengajak rekan-rekan untuk menyelami salah satu sifat dan sikap berbahaya yang saat ini menjangkiti Indonesia. Sifat dan Sikap berbahaya itu adalah Mengeluh. Mengeluh berarti menyalahkan kondisi diri dan lingkungan yang tidak sesuai dengan keinginannya. Saat ini, dalam pengamatan subyektif Saya mengeluh ini seolah sudah menjadi bagian dari karakter bangsa. Mulai dari Presiden SBY yang mengeluhkan gajinya belum juga naik. Menteri yang mengeluhkan kinerjanya yang belum baik. Ada TKI dipancung di Arab tanpa pemberitahuan, tapi tidak ada yang secara gentle mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada rakyat. Atau kepala-kepala daerah yang mengeluhkan pengelolaan daerahnya. Terlebih rakyat kecil yang selalu mengeluhkan kondisinya yang juga belum sejahtera.

Mengeluh, sikap mental kerdil

Mengeluh adalah bukti sikap mental yang belum baik. Mengeluh merupakan tanda kerdilnya jiwa. Tolok ukurnya tindakan orang lain, bukan dirinya. Ketika terjadi problema, orang yang sering mengeluh terlebih dahulu melihat sikap orang lain baru setelah itu kalo ingat mengkoreksi dirinya. Keluhan, adalah tanda begitu labilnya seseorang yang tidak mampu berpegang pada tali pertolongan Tuhan. Seolah ia menghadapi semua masalah sendirian. Seolah orang lainlah yang patut disalahkan. Seolah bukan karena tindakan-tindakan salahnya di masa lalu, hingga ia sekarang menderita.

Mengeluh sangat berbahaya jika dimiliki oleh sosok Leader. Sebab pemimpin adalah teladan. Pemimpin seyogyanya bisa menjadi sumber pusaran semangat orang-orang yang dipimpinnya. Jika pemimpinnya tidak mampu lagi memberi teladan, lalu bagaimana Ia berharap memiliki wibawa di depan bawahannya. Jika presidennya saja selalu mengeluh, bagaimana rakyatnya tidak mengeluhkan presidennya? Sayangnya, kita semua adalah pemimpin. Pemimpin bagi rakyat, pemimpin dalam keluarga, pemimpin terhadap anak, bahkan pemimpin bagi dirinya sendiri. Jika sudah demikian, layakkah kita mengeluh?

Mengeluh tidak menyelesaikan masalah

Rekan, mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah. Sebaliknya, keluhan akan membuat masalah semakin rumit. Ah, memang manusia itu diciptakan oleh Tuhan dalam kondisi yang berkeluh kesah. Kalau kaya, manusia akan mengeluh mengapa kekayaannya hanya sekian dan sekian. Apalagi kalau miskin, keluhannya semakin hebat sebab ia merasa telah berusaha dan berdoa kepada Tuhan siang dan malam. Tapi Tuhan belum juga membuatnya sejahtera (menurutnya). Ia mulai membandingkan dengan kondisi orang-orang di sekitarnya yang memiliki kemewahan lebih darinya. Padahal Tuhan punya caranya sendiri mengangkat derajat hambaNya. Jika kita dekat denganNya dan menjadi orang yang dicintaiNya, pasti Tuhan tidak akan membiarkan kita menderita. Mana mungkin kita dibiarkan menderita sedangkan kita senantiasa mendekat padaNya. Selama ini Tuhan tidak juga memberikan pertolonganNya, sebab kita masih sering mengeluhkan ini dan itu. Merasa kurang terus dengan semua yang telah diberikan Tuhan pada kita.

Jika kondisi kita saat ini belum baik (menurut kita), jangan mengeluh. Jangan salahkan siapapun. Jangan kita salahkan presiden dan pemerintah. Jangan dulu salahkan anggota DPR yang dulu mati-matian kita pilih dan sekarang melupakan kita. Salahkan dulu diri kita. Evaluasi dulu sikap dan tindakan kita. Ingat, saat ini kondisi Indonesia sedang kacau. Kita sedang ditimpa bencana dimana-mana. Bencana itu bukan sekedar longsor, gunung meletus, banjir, gempa, tsunami, dll. Kita sedang menghadapi bencana yang lebih dahsyat: Bencana Mental. Secara mental bangsa ini sedang sakit. Mengeluh di kala bencana, itulah bencana yang sesungguhnya. Apalagi jika kita menjadi pemimpin lembaga/organisasi, maka HARAM bagi kita mengeluh di depan publik. Seorang Leader hanya boleh mengeluh kepada Tuhan saja.

Cintai Indonesia!

Rabu, 29 Juni 2011

Kepada Pemuda, Lihatlah Indonesia Telah Bangkrut!

Selamat Pagi! Rekan-rekan di seluruh Indonesia. Rekan Pemuda dan Rekan Seperjuangan yang Saya banggakan.

Indonesia, sebuah negara besar yang semakin terpuruk. Bukan tanpa sebab. Bukan karena kita miskin, bukan karena laut-laut kita telah kosong. Bukan karena bumi kita telah habis mineralnya. Bukan karena kita bodoh. Sesungguhnya segala bentuk kesulitan yang kita rasakan di negeri ini, distribusi pendapatan yang tidak merata, kesenjangan dan segala derita lain itu berpangkal pada satu sebab asasi: Pemimpin.

Ada yang salah dengan Pemimpin di negeri ini. Hingga negara yang begitu besarnya tidak lagi punya harga diri di regional, apalagi internasional. Tidak berlebihan jika Saya katakan Indonesia diambang kebangkrutannya. Di negeri ini yang kata Guru Saya sejak masa sekolah lalu adalah negeri dengan sistem demokrasi pancasila. Sistem demokrasi pancasila itu diklaim menjadi sistem terbaik untuk mengatur Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat. Ternyata sudah sekian lama Indonesia merdeka, kita masih miskin! Amburadul! Indonesia telah berkali-kali salah memilih pemimpin. Apanya yang reformasi, apanya yang perubahan, Indonesia semakin hari semakin bangkrut bung!

Reformasi '98
Pemimpin-pemimpin di negeri ini telah sakit! Berkali-kali kita memilih Presiden dan DPR. Hasilnya?? bah!! rakyat masih sengsara bung! masih banyak saudara-saudara kita di kolong jembatan yang tidak berpakaian, yang mengais sampah untuk makan, yang rela ber"intifadhah" dengan saudaranya sekedar mempertahankan lahan, agar mereka bertahan hidup. Ternyata reformasi telah gagal total. Pendapat Saya subyektif. Saya bukan pakar ini dan itu yang mampu menghasilkan data survey yang akurat. Tapi hati bisa merasa bung, rakyat masih menderita... air mata masih saja mengalir tiada henti di pangkuan ibu pertiwi. Itulah mengapa Saya katakan reformasi '98 telah gagal. Kita hanya mampu menggulingkan Soeharto dan belum siap dengan Penggantinya yang lebih baik.

Oknum DPR tidur
Kita telah salah bung. Sadarlah, kita telah dikadali dalam pilpres, pileg, pilgub, dan pilkada-pilkada itu. Kita hanya dijadikan nafsu segelintir elit politis yang haus kekuasaan itu. Lihatlah dengan mata kepala kalian sendiri! Apa yang mereka lakukan setelah terpilih menjadi pemimpin. Mereka menghilang bung. Sekali lagi, mereka tidak peduli dengan kita. Kita masih harus memperjuangkan penghidupan dan kehidupan kita sendiri bung. Rekan, kita semua telah ditipu oleh sistem perpolitikan di negeri ini. 

Kita harus belajar bung, jangan lagi memilih pemimpin busuk. Jangan lagi tergiur dengan sepuluh dua puluh ribu yang mau membeli suara kita. Jangan mau menerima sogokan suara dari para munafikin itu. Sebab kalau mereka terpilih nanti, mereka akan menjadi penjahat yang mengkorupsi uang rakyat. Kalau kita memang masih menerima uang sogokan suara itu pada pamilu, berarti kita tidak berbeda dengan mereka bung. Busuk, munafik! Bah! 

Adakah yang masih peduli? Adakah Pemimpin, Anggota DPR, Parpol yang peduli dengan nasib kita bung. Jawabnya ada, tapi jumlah mereka sedikit. Mereka masih menjadi bola yang ditendang kesana kemari oleh sang mayoritas penjahat berdasi. Sebab parlemen masih dikuasi oleh politisi busuk. Tugas kitalah untuk membantu mereka yang sedikit itu bung. Jangan hanya berkomentar dan hanya sekedar Omong Tok! Kita harus BERKONTRIBUSI melakukan yang terbaik demi Indonesia. Sekali lagi demi Indonesia, bukan demi Suku, Ras, atau Kelompok Anda. Salam Revolusi!

Cintai Indonesia. <Gemas, menjelang Pilkada Pati>

Selasa, 28 Juni 2011

Mulailah!

Selamat Pagi! Rekan-rekan di seluruh Indonesia. Pagi hari senantiasa membawa semangat dan harapan baru. Apapun rencana Anda di pagi hari ini semoga semuanya dapat berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang terbaik.

Beberapa waktu yang lalu, setelah menyaksikan iklan di TV mengenai majalah el shinta yang memuat profil Om Bob Sadino. Saya langsung mencari majalah tersebut. Agak sulit memang karena di Pati majalah el shinta kurang familiar dibandingkan dengan majalah lain. Selain itu juga mungkin karena minat baca masyarakat pati yang juga mungkin masih rendah. Setelah muter-muter berkeliling Pati kota akhirnya dapat juga. Langsung Saya baca pada halaman yang dimaksud. Mak nyus!! Ternyata Om Bob Sadino memang unik. Jalan pikirannya tidak seperti orang-orang pada umumnya.

Salah satu pendapat Om Bob yang Saya sukai adalah keberaniannya memulai dan mengambil resiko. Menerima resiko baik positif maupun negatif. Keduanya harus diterima sebagai anugerah dari Tuhan. Om Bob dengan resep "Goblok"nya ternyata lebih cerdas dari yang Saya kira. Jalan pikirnya yang terbalik itulah yang menurut Saya luar biasa di tengah kegemaran para pengusaha yang pelit ilmu dan berbasa-basi.

Mulailah! Itulah keberanian pertama yang harus dimiliki pecinta bisnis. Tanpa memulai, Anda hanya akan diam di tempat dan tidak akan kemana-mana. Bukankah Anda tidak akan sampai pada tujuan jika tidak melakukan sesuatu. Anda akan stagnan dan hanya bermonolog dengan diri Anda sendiri. Anda hanya akan menyalahkan atau membenarkan pendapat Anda dengan standart Anda sendiri. Bukankah seribu langkah itu dimulai dari langkah pertama. Jika tak ada langkah pertama mana mungkin ada langkah kedua dan seterusnya. Meniti sukses itu seperti meniti tangga, satu per satu urut dari bawah. Titilah tangga itu sesuai kemampuan Anda. Kalau hanya mampu setahap demi setahap tak perlu memaksakan lebih dari itu karena itu hanya akan menghancurkan Anda.

Mulailah mengeksekusi impian Anda. Tak peduli besar atau kecil, Anda akan menyelesaikannya jika Anda memulai.

Jika saat ini bermimpi menjadi pedagang bakso yang hebat. Rencanakanlah secara umum. Mulailah dengan eksperimen Anda. Bertemulah dan belajarlah dari "ahlinya bakso" menurut Anda. Datangilah lokasi tempat rencana Anda berdagang. Buatlah gerobaknya, tendanya, dan seterusnya. Jika bermimpi menjadi dokter dan saat ini Anda masih duduk di bangku sekolah. Belajarlah dengan rajin, katakan pada orang tua Anda ingin menjadi dokter. Cari tahu tentang fakultas kedokteran di universitas yang diinginkan. Kalau perlu, datangi universitas itu, berkenalanlah dengan mahasiswanya dan katakan Anda ingin masuk kesana.

Sudah banyak Motivator Top yang mengajarkan untuk bermimpi dan berencana. Tapi tidak banyak yang mengajarkan caranya mengeksekusi ide Anda. Lalu buat apa seluruh mimpi, rencana, dan ide Anda jika hanya ada dalam alam tak nyata pikiran Anda. Mulailah! Jangan takut. Bangunlah dari mimpi dan bekerjalah, niscaya mimpi anda menjadi nyata. Bagaimana kalau gagal? Bangkit lagi. Rencanakan lagi. Gagal lagi. Bangkit lagi. Begitu terus persis seperti ketika dulu Anda belajar berjalan sewaktu kecil. Pasti ada satu momentum yang akan membuat kita sukses.

Hanya ada dua resiko dari action kita: Sukses atau Belajar Sukses. Tak ada gagal. Kata gagal itu hanya ada pada kamus orang-orang pengecut yang tidak berani bangkit. Cemen, baru diuji segitu saja sudah keok. Siap memulai??

Cintai Indonesia!
(silahkan baca jg tulisan sebelumnya berjudul "Berani Menentukan Pilihan")

Senin, 27 Juni 2011

Trainer: Bukan Hanya Instruktur, Apalagi Sekedar Motivator

Selamat Pagi Rekan-rekan di seluruh Indonesia. Gimana kabar?? Semoga kita masih semangat untuk senantiasa memperbaiki kualitas diri kita. Sebab tidak mungkin kita bisa mengubah orang lain menjadi baik. Kecuali bersamaan dengan itu kita sungguh-sungguh memperbaiki diri. Tidak mungkin kita mampu memimpin orang lain, sebelum kita mampu memimpin diri.

Rekan, pada tulisan kali ini Saya ingin membahas tentang istilah di dunia training yang sering Saya adakan bersama Insight Indonesia Training. Kegiatan training terdiri dari 2 model yaitu indoor dan outdoor. Indoor untuk kegiatan di dalam ruangan, dan outdoor untuk kegiatan lapangan. Pada satu kesempatan menarik juga ketika ada peserta yang menanyakan apa bedanya Trainer, Instruktur, dan Motivator. Insight memakai istilah Trainer, tentu saja bukan tanpa sebab. Kami memakai istilah ini karena memang paling cocok dan sesuai untuk Lembaga Training kami. Insight memiliki sasaran-sasaran konkret berupa tempaan aspek Fisik, Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap Mental.

Apa itu Trainer, Instruktur, dan Motivator?

Untuk menjelaskan ketiga istilah ini, kami tidak memakai pengertian secara kamus. Tapi lebih kepada arti secara bahasa dan umum. Trainer berasal dari bahasa inggris train yang berarti melatih, Trainer berarti Pelatih dan Training berarti Pelatihan. sedangkan Instruktur diambil dari kata instruksi yang berarti perintah tugas untuk dilaksanakan. Istilah ini memang familiar di perusahaan/industri yang menerapkan model kepemimpinan up to bottom. Perintah tanpa boleh ada penyangkalan. Karena itu kita mengenal instruktur senam, instruktur fitness dll. Sebab aktifitas disana harus ditaati dan tidak boleh disangkal. Disangkal berarti kegiatan tidak terlaksana dan bisa jadi fatal akibatnya. Atau misal di industri ada instruksi matikan mesin jam 22.00 WIB, maka karyawan tidak boleh menyangkal satu detikpun waktu pemadaman. Sedangkan motivator, berasal dari serapan bahasa inggris motivation menjadi motivasi. Motivator adalah orang yang memberi motivasi. Seperti Bong Chandra, Andre Wongso, dll. Mereka adalah para motivator. Jadi jangan heran kalau pekerjaannya adalah "ngomong" di depan publik karena tugas mereka memang untuk memotivasi.

Fungsi Trainer tak bisa dihandle oleh instruktur apalagi motivator

Kalau fungsi motivator adalah memberikan motivasi. Fungsi Instruktur untuk instruksi. Maka Fungsi Trainer adalah sebagai Pelatih yang tidak hanya memberikan motivasi dan instruksi, tetapi juga bimbingan, pembinaan, perhatian, kontrol, saran, arahan, dan perbaikan. Sseorang Trainer sudah pasti bisa menjadi Instruktur dan Motivator. Tapi kalau hanya sekedar Instruktur atau Motivator, mereka tidak bisa menghandle tugas seorang Trainer. Jadi kalau Rekan-rekan ingin mengadakan Pelatihan, carilah Trainer/Pelatih untuk menghandle acara. Jangan mengandalkan Instruktur yang sukanya memerintah atau Motivator yang hanya "OT, Omong Tok" (hanya bicara saja).

Yang berlaku di dunia Pelatihan

Dunia taining adalah dunia pelatihan yang melibatkan beberapa aspek sekaligus dan memiliki multi sasaran. Kami di Insight mengistilahkan multi sasaran itu sebagai aspek tempaan, yang berupa tempaan Fisik, Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap Mental yang baik. Aspek tempaan ini akan Saya bahas pada tulisan mendatang. Karena sasaran pelatihan tidak hanya satu, kami di Insight bergerak sebagai seorang Trainer/Pelatih bukan sekedar Instruktur apalagi hanya Motivator saja. Dunia pelatihan kalau diisi oleh Instruktur dan Motivator saja tidak mungkin cukup. Pelatihan itu akan menjadi tidak efektif karena tidak ada proses bimbingan, pembinaan, perhatian, kontrol, saran, arahan, dan perbaikan. So, tinggalkan dunia pelatihan yang konvensional yang hanya memiliki Instruktur/Motivator. Beralihlah ke Lembaga Pelatihan yang memang memiliki Professional Trainer.

Seorang Trainer sudah pasti seorang Instruktur dan Motivator, sedangkan seorang Instruktur/Motivator bukanlah seorang Trainer. Jika demikian bukankah Lembaga Pelatihan itu akan berkualitas jika memiliki seorang Trainer/Pelatih yang berkualitas. Kualitas itu bisa dibuktikan selain di lapangan memang OK, juga ditunjang dengan dimilikinya sertifikasi (misalnya sertifikasi Out Bound Nasional/Internasional). So, buat Rekan yang tertarik dalam dunia pelatihan, rencanakanlah menjadi Trainer/Pelatih. Jangan sekedar menjadi Instruktur/Motivator. Oh iya, bila ada yang tertarik bergabung dengan Insight Indonesia Training segera kirimkan biodata diri ke insightindonesia@yahoo.com atau Hubungi Zali Jauhari.

Semoga hari Anda menyenangkan. Tulisan di atas bisa jadi subyektif. Terima kasih atas perhatian Rekan-rekan. Cintai Indonesia!

Minggu, 26 Juni 2011

Berubahlah, Berkembanglah!

"Dan ketika Kita tak ingin hilang dari peredaran. Maka berubahlah, berkembanglah."

Sekolah itu untuk belajar, dan belajar itu tak harus hanya dari sekolah. Dunia terbentang luas, siap untuk dijelajahi. Suatu saat proses bersekolah akan berakhir, tapi yang namanya belajar tidak boleh berhenti sampai di situ. Sebab Anda masih hidup dan dunia masih berputar. Selama itu pula, perubahan sedang dan terus akan terjadi. Yang Muda menjadi Tua. Yang miskin bisa menjadi kaya dan yang kaya berpeluang menjadi miskin. Yang sukses bisa terjatuh terjerembab, yang gagal bisa bangkit dari keterpurukan. Sebab dunia berputar, masa berganti. Drama di panggung dunia ini bisa menjadi apa saja tergantung Sang Sutradara mengatur. Dengan kehendakNya yang pasti terjadi. Dengan "Kun" maka Jadilah. Tak perlu waktu untuk "Kun fa Yakun". Semua bisa terjadi begitu saja.

Dua puluh tahun yang lalu tidak seperti sekarang. Dan dua puluh tahun yang akan datang tidak akan sama seperti sekarang. Tantangan hidup saat ini tidak seperti sebagaimana yang dialami oleh orang tua dan para pendahulu kita. Semua telah berubah. Dulu orang tua masih bisa hidup hanya dengan mengandalkan cangkul dan ototnya. Masih bisa makan sebab segala sesuatu untuk makan masih bisa dicukupi dari sawah dan kebun milik sendiri. Dulu orang bahkan tidak sekolah. Warisan dari orang tua juga masih banyak.

Sekarang berbeda! Kita harus mati-matian mencari sesuap nasi. Ketika sawah dan ladang tak mampu lagi menghasilkan. Ketika tengkulak telah menjadi orang yang lebih diuntungkan, dan ketika tanah tergadai demi pendidikan anak. Dulu, swasembada pangan, sekarang pangan mahal. Dulu tidak sekolah tidak mengapa, sekarang pendidikan wajib 9 tahun. Bahkan 9 tahun tidak cukup. Bagaimana tidak, ijazah S1 saja seolah belum cukup untuk memenangkan sebuah lamaran pekerjaan. Apalagi warisan, sudah habis dibagi dari generasi ke generasi.

Semua standart kehidupan terdahulu yang dimiliki orang-orang terdahulu kebanyakan tidak berlaku lagi, kecuali yang berlaku universal. Semuanya telah usang, kecuali nilai-nilai eternity dari hikmah kehidupan. Kita hidup di jaman yang perkembangannya cepat. Informasi tak ada lagi sekat. Dengan satu tombol kita bisa terhubung dengan rekan kita dibelahan bumi manapun. Tidak seperti jaman orang tua kita dulu yang mau memberikan kabar saja harus mengirim telegram. Sangaaat lambaaat...! Orang tua kita saat ini mungkin tidak bisa mengikuti perkembangan jaman. Mereka mungkin tidak faham apa itu internet, fesbuk, chatting, dll. Sebab mereka tidak mampu mengikuti perkembangan kehidupan yang begitu cepat. Mereka mencukupkan dengan standart hidupnya sendiri, dengan pengetahuannya sendiri. Akhirnya mereka "tersisih" secara otomatis. Lalu, begaimana dengan kita, dua puluh tahun lagi? Jika kita tidak mampu mengikuti perkembangan jaman, dan menyelaraskannya dengan nilai-nilai eternity dan hikmah hidup, kita pun akan "tersisih" oleh generasi berikutnya.

Tantangan semakin hari semakin beragam. Kehidupan mendatang bisa menjadi lebih sulit dari masa kini. Jika kita tidak mampu berubah dan berkembang, kita akan kalah! Kita akan tergusur! Dan akhirnya nilai kita menjadi begitu kecil. Belajar tidak boleh berhenti sampai kapanpun. Tidak boleh berhenti karena studi di sekolah/universitas telah usai, juga tidak boleh terhalang oleh uban yang mulai muncul. Belajar, berubah, berkembanglah hingga nafas telah terhenti dan kita tak butuh lagi belajar di alam kubur. Sekian.

Sabtu, 25 Juni 2011

Tips Mengawali Hari

Pagi hari, awal dari seluruh aktifitas harian kita. Ada beragam tugas yang menunggu untuk diselesaikan. Mulai dari bersih-bersih, mandi, masak, mengantar anak sekolah, berangkat ke tempat kerja, dan sederet aktifitas lainnya. Di tempat kerja pun tak kalah banyaknya pekerjaan. Bagi yang masih sekolah, pelajaran harus diserap. Kadang Guru yang membosankan. Yang wiraswasta, harus kreatif bergerak euy! Pengangguran apa lagi, siap-siap diomelin sana-sini...Ckckck.. makanya jangan nganggur. Karena pagi adalah awalan, sangat penting untuk mengontrol perasaan. Mengapa? Sebab jika awalannya saja sudah salah bagaimana kelanjutannya bisa baik.

Mulailah pagi dengan kondisi fisik, pikiran, dan perasaan yang prima. Fisik harus sudah fresh. Pastikan istirahat malam Anda berkualitas. "Begadang jangan begadang... kalau tiada artinya.. " begitu kata Bang Haji Rhoma Irama. Pikirkanlah yang baik-baik. Bersyukurlah kepada Tuhan karena Anda masih bisa melihat matahari. Sebaiknya sebelum tidur malam kita membuat rencana global tentang apa yang akan kita kerjakan esok harinya. Dan yang terpenting, kontrollah perasaan kita. Jangan dulu bete. Bosan. Toh, nanti juga selesai juga. Salah mensetting perasaan, seharian kita bisa bermasalah. So, perasaan yang muncul haruslah perasan senang, semangat, dan bergairah menyambut hari. Jangan dulu mengeluh dengan tugas yang menunggu. Hadapi saja, selesaikan satu per satu. Tersenyumlah sebab menghadapi masalah itu sudah biasa. Itulah romantika hidup. Jika fisik, pikiran, dan perasaan sudah OK, Saya bisa jamin kalau seharian kita bakal enjoy. Tekanan kerja tidak mungkin membuat kita stress. Ngapain stress, bukankah semua itu ada solusinya. Bertemu dengan partner kerja juga akan asyik sebab kita mengawali dengan semangat. Wajah kita yang ceria menjadi modal dan nilai lebih kita dalam menjalin relasi. Alhasil, orang lain akan nyaman mendekat dan bekerjasama dengan kita.

Nikmati pagi hari. Minumlah teh/kopi hangat, bacalah koran, lihat berita di TV. Dan sambut seluruh aktifitas dan tugas kita dengan performa terbaik kita. Sebelum keluar rumah, berdirilah di depan cermin lalu pasang senyum terbaik kita. Cari ekspresi paling ramah. Siapkan perlengkapan. Siapkan juga mental. Baru Kita boleh keluar rumah menyambut pekerjaan kita. Setumpuk tugas? Siapa takut!!

Jumat, 24 Juni 2011

Hidup Hanyalah Tiga Hari

Mengapa sedih, khawatir, takut dengan kehidupan yang kita jalani? Bukankah hidup ini hanya tiga hari saja. Ya, benar kawan, hidup ini tidak lebih dari tiga hari. Tiga hari itu adalah hari kemarin, hari ini, dan esok hari. Sesingkat itukah? Benar. Hari kemarin sudah kita lewati, hari esok belum tentu datang. Lalu mengapa kita masih tidak bisa menikmati hari ini yang telah riil menjadi milik kita.

Kawan, tak perlu menyesali masa lalu. Apapun suka dukanya. Masa lalu telah berlalu dan takkan kembali lagi! Jika kita pernah melalukan kesalahan di masa lalu, mengapa itu harus menjadi beban kita saat ini. Jika kita telah terjatuh di waktu itu, bukankah itu sudah saat yang telah lama. Bukankah saat ini seharusnya kita mencoba bangkit. Tak perlulah kita menjadi manusia yang hidup dengan pikiran dan angan masih tertinggal di masa lalu. Tinggalkan! Sekali lagi tinggalkan sampah-sampah kesedihan dan kegagalan itu!! jangan disesali, sebab hari telah berganti. Nasi telah menjadi bubur bung!

Di masa lalu mungkin Anda pernah gagal dalam urusan bisnis. Bangkrut! Ditipu! Berhenti! Dan sejumlah kata minor lain. Siapa, siapa yang bilang Anda gagal? Bukankah itu justifikasi Anda sendiri. Ingatlah, tak ada kata gagal dalam bisnis. Sekali lagi, tak ada kata gagal dalam bisnis. Yang ada adalah diri Anda yang masih berproses menjadi lebih baik. Anda sedang ditunjukkan jalan salah yang harus Anda hindari. Siapa bilang keuntungan itu ada hanya dalam bentuk uang? Anda sendiri kan yang salah menafsirkan bahwa bisnis Anda tolok ukurnya hanyalah omset dan laba. Lalu kemana Anda buang nilai belajar, nilai silaturahmi, nilai pengalaman? Yang itu lebih berharga dari pada uang. Hah??!! Jangan, jangan dulu menyerah dan berhenti. Berbaik sangkalah kepada Tuhan, berterima kasihlah kepada beliau sebab Anda sedang diistirahatkan sejenak olehNya. Dekatlah padaNya, dan seraplah kembali sebanyak mungkin energi untuk kembali bangkit lagi. Untuk kembali merencanakan semuanya. Mengekseskusi lagi dengan menghindari jalan-jalan salah sebelumnya. Jika masih salah lagi, jangan lanjutkan. Berhentilah sejenak, dan cari jalan yang lain meskipun harus memutar ke arah yang sepertinya berlawanan. Jangan lanjutkan jalan yang salah itu karena tidak akan pernah mengantarkan Anda pada kesuksesan yang Anda tuju.

Tinggalkanlah masa lalu, sebab hidup hanya tiga hari saja.

Jangan takut menghadapi masa depan? Hanya karena Anda merasa tidak punya bekal apa-apa. Anda merasa minder, putus asa, dan pasrah dengan masa depan hanya karena Anda merasa tidak bisa seperti teman-teman Anda yang lain. Tidak bisa seperti mereka yang menurut Anda lebih enak hidupnya. Kerja kantoran, gaji besar, dll. Siapa yang suruh Anda menjadikan mereka sebagai standart! Jangan, jangan begitu. Anda adalah Anda,bukan mereka. Anda punya jalan prestasi sendiri yang tidak harus seperti mereka. Anda punya jalan Anda sendiri, meskipun sepertinya Anda sendirian.

Anda tidak berani berjalan di jalan Anda sendiri? Lalu Anda kemanakan Tuhan? Apakah yang Anda sebut Tuhan itu tidak menemani dan mengawasi setiap langkah Anda. Salah! Tuhan selalu memperhatikan setiap langkah Anda. Beliaulah teman Anda yang sejati. Hadapi masa depan dengan berani. Toh masa depan belum tentu datang!

Sambutlah masa depan dengan optimisme. Sebab Anda punya Tuhan yang membimbing setiap langkah Anda. Jangan takut, sebab Anda sebenarnya luar biasa. "Segala yang Anda butuhkan untuk menempuh kesuksesan telah ada dan tersedia." Ingatlah lagi prestasi-prestasi di masa lalu. Meskipun kecil pasti kita pernah memilikinya bukan? Ingatlah prestasi itu untuk membangkitkan semangat. Saat ini, bangkitlah. Bukankah saat ini Anda sehat? Otak Anda masih bisa berfikir? Punya jiwa yang hidup? Itu sudah cukup untuk mengantarkan Anda pada kesuksesan jika Anda bisa mendayagunakannya.

Jangan takut dengan masa depan, sebab hidup hanya tiga hari.

Nikmatilah hari ini. Lakukanlah yang terbaik di hari ini. Sebab hari inilah sebenarnya milik Anda. Belajarlah dari masa lalu untuk menatap masa depan yang lebih baik.

<tulisan tanpa editing, tanpa aturan. Maaf kalau jelek>


 

 

Kamis, 23 Juni 2011

Sarjana nggak Berdasi

Tak bisa disangkal. Sebagian orang tua masih berprinsip lama, bahwa sekolah/kuliah itu tujuannya adalah untuk menjadi pegawai. Baik itu namanya pegawai swasta atau pegawai negeri. Tak heran jika kita mendengar nasihat orang tua kepada anak,"Sekolah yang pinter ya, nanti masuk universitas terkenal. Biar kalau lulus langsung dapat kerja!" nah lo!

Masyarakat kita umumnya menganggap bahwa pendidikan itu adalah sarana untuk mencari kerja saja. Tak heran jika kita menyaksikan ada petani desa yang rela menjual sawah demi anak sekolah. Berharap agar anaknya nanti bisa memperoleh pekerjaan lebih baik dari dirinya yang hanya seorang petani. Karena harapan awal sudah seperti ini, lulus sekolah/kuliah sama dengan kerja enak berdasi. Dari sinilah masalah itu bermula. Kampus akhirnya mencetak pencari kerja yang luar biasa jumlahnya. Sayangnya jumlah itu tidak seluruhnya terserap oleh perusahaan. Alhasil, pengangguran merajalela. Tidak main-main, mereka itu adalah pengangguran terdidik. Sebuah bom waktu berbahaya dan sewaktu-waktu dapat meledak. DoRR!! dan muncullah berbagai macam problema sosial di masyarakat.

Sebagian dari mereka yang tidak terserap oleh perusahaan dan tidak bisa memakai dasi (tidak kerja kantoran) mencoba memilih jalan berwirausaha. Ada yang serius dan sukses, ada juga yang setengah-setengah. Berbisnis untuk menunggu masa seleksi CPNS atau interview perusahaan. Dasssh! repot juga ya. Jangan salah, yang berwirausaha itu tidak kalah peliknya, bahkan sangat pelik (baca: dinamis). Mereka, sarjana yang tidak berdasi itu, masih dikatakan menganggur meskipun punya usaha seperti jualan bakso, jualan buku, buka kios, dll. Mengapa? sebab komentar masyarakat itu lho,"Sarjana kok kerja kasar seperti itu? Kalo cuma seperti itu buat apa sekolah tinggi-tinggi?" 

Repot ya. Di satu sisi, sarjana tak berdasi itu harus fight dengan hidup dan masa depannya. Di sisi lain, mereka harus terus bertahan dengan gempuran pendapat miring dari lingkungan sekitarnya. Jangan salah, orang tua juga kadang malu jika anaknya sarjana tapi tidak bisa kerja yang berdasi. Kalo sudah begitu, tantangan semakin besar dan beban semakin berat. Dari sinilah, perlunya penjelasan kepada orang tua dan lingkungan, bahwa KULIAH ITU BUKAN UNTUK MENCARI KERJA. Kuliah itu untuk mempeluas kapasitas diri kita, untuk mengembangkan diri. Masalah berdasi apa tidak, sebaiknya jangan terlalu diambil pusing. Yang penting bekerja halal, bermanfaat untuk sesama, sesuai dengan passion kita. Dan ingat, siapa bilang nggak berdasi nggak bisa sukses?? Justru kalo tidak ada pengusaha tidak akan ada perusahaan, yang berarti tidak akan ada orang berdasi.

Jangan Katakan Tuhan Tak Sayang

Kawan, hidup ini layaknya bahtera di tengah samudra luas. Deburan ombak ujian siap harus dihadapi jika ingin sampai tujuan. Siapa yang takut melewatinya Dia tidak akan bisa menikmati hidupnya. Sudah menjadi hukum alam, jika lautan tak selamanya tenang. Sudah sejak dulu, hidup bergerak naik dan turun. Terkadang damai, terkadang badai. Tapi yakinlah, jika kita bersabar kita akan sampai di tempat yang di tuju dengan selamat.

Adakah alasan untuk bersabar? Bukankah kesabaran itu ada batasnya sebab kita hanya manusia biasa. Kawan, jika suatu hari hidup kita ditimpa badai masalah yang pelik, kuatkanlan diri untuk bersabar. Sabar yang bagaimana? Sabar dalam badai masalah berarti sekuat tenaga untuk menghadapi masalah dan tetap dalam jalan yang disukai Alloh. Hadapi saja! Jangan lari. Sebab lari dari masalah tidak akan pernah menuntaskan masalah kita. Hadapi, gentle, dan selalu libatkan Alloh disetiap langkah. PASTI kita akan mendapatkan jalan penyelesaian yang terbaik menurutNya.

Jangan salah kaprah. Kita diuji dengan masalah, tapi kita malah lari dari Yang Memberikan Masalah. Masalah apa? Ah, yang namanya masalah itu sering kali hanya bahasa kita saja. Kitalah yang terlanjur mengatakan yang namanya tidak punya uang itu miskin, yang tidak kerja kantoran itu belum bekerja, yang tak punya bakat sukses tidak bakal bisa sukses dan seterusnya. Kitalah yang memberikan justifikasi terhadap diri kita tentang keadaan yang menimpa kita. Kita menganggap kita ditimpa begitu banyak derita dari Tuhan, yang seolah derita itu di luar batas kita. Kawan, Tuhan tidak akan pernah salah mengirimkan paket masalah. Siapa bilang yang banyak uang, yang menurut kita kaya itu, tidak punya masalah. Justru kadang merekalah yang masalahnya lebih berat.

Jangan pernah katakan Tuhan tak sayang, hanya karena Beliau menguji kita dengan anekan problema hidup. Bersabarlah, sebab ujung jalan dari sabar itu adalah Kebahagiaan. Yakinlah dan tetaplah dalam jalan yang lurus. Sebab hanya dengan ujianNya saja, kita bisa menjadi insan yang lebih baik.

Rabu, 22 Juni 2011

Generasi Berhati Nurani

Sedih hati ini ketika menyaksikan pemandangan sehari-hari. Betapa tidak. Anak-anak kecil yang mengamen di lampu merah, pengemis yang berjalan dari rumah ke rumah, dan para gelandangan yang setiap hari terus bertambah. Para pencari kerja yang kian hari kian banyak. Pemimpin yang tidak bisa memberi teladan. Pemerintahan yang korup dan tidak memihak nasib rakyat kecil. Birokrasi yang berbelit-belit. Pelajar dan mahasiswa yang tak tahu arah dan tujuan hidupnya. Pemandangan seperti itu kian hari kian marak, hingga seolah menjadi “biasa” di mata kita. Ada yang tidak beres dari manusia Indonesia masa kini. Mungkinkah kondisi ini berubah menjadi lebih baik?
Ada satu bagian dalam diri manusia yang jika ia baik maka akan baiklah seluruhnya, dan sebaliknya. Bagian itu adalah HATI. Hati memiliki potensi, yang jika dikelola dengan baik akan menghasilkan Kekuatan Hati (Heart Power), sebuah Energi yang maha dahsyat untuk berubah dan menghasilkan perubahan. Energi yang tidak akan pernah habis, karena berhubungan dengan kekuatan yang Maha Tinggi, Alloh subhanahu wa ta’ala. 
Hari ini, pendidikan tidak boleh hanya sekedar berorientasi pada aspek kognitif semata. Sekedar menjadikan anak didik menjadi pintar otaknya. Tapi selain pintar, mereka juga harus diajarkan nilai-nilai keimanan (keyakinan) yang akan menghasilkan sikap mental yang baik. Tidak cukup sekedar pintar, tapi juga harus punya hati nurani. Agar kelak ketika menjadi pemimpin tidak semaunya sendiri, korupsi dan tidak memiliki empati terhadap derita rakyatnya sendiri. Kalau sekedar pintar sudah banyak di negeri ini, tapi yang pintar dan juga punya hati jumlahnya masih sedikit. Kita semua menantikan lahirnya generasi-generasi cerdas yang berhati nurani itu. Jika generasi itu tidak ada, maka Indonesia tidak mungkin bangkit dari keterpurukan, sebab selain generasi itu adalah generasi sampah!

Sabtu, 18 Juni 2011

Inginku, Mimpiku

Aku ingin menulis,bukan karena Aku ingin terkenal. Aku ingin menulis karena dengan menulis itu berarti Aku belajar. Menulis berarti berkembang,tidak pelit ilmu,dan memberikan semakin banyak inspirasi kepada orang lain. Tapi Aku tak ingin menulis sekedar menulis,sekedar membuat kata-kata tanpa makna yang dalam. Sekedar memenuhi blog,atau bahkan sekedar agar terlihat "pinter". Aku tak ingin hidup dalam kepalsuan. Aku ingin apa adanya dalam tulisan. Bagiku,lebih baik dibilang jelek tapi itu hasil karyaku sendiri, dari pada jiplak sana-sani tanpa etika.

Aku ingin terus menulis, karena dengan terus menulis itu aku terus hidup. Aku ingin ketika jasadku sudah dihimpit bumi, Aku masih bisa berbuat sesuatu untuk kebaikan. Tak ingin Aku berhenti dan menyerah pada keadaan dan keterbatasan sumber daya. Aku ingin menembus batas masa. Aku ingin abadi. Aku memang masih bukan apa-apa, dan mungkin bukan orang yang layak untuk diperhitungkan. Tapi Aku akan terus belajar. Belajar. Dan Belajar.

Aku pun ingin terus mengejar mimpiku, berkeliling Indonesia mulai dari sabang sampai merauke untuk menyapa saudara-saudaraku. Memberikan semangat kepada mereka yang pesimis, meminta semangat ketika aku terjatuh. Tetap menyalakan motivasi untuk memperbaiki negeri ini dalam tour "Leadership Training" bersama Lembaga Training Insight Indonesia.

Aku ingin terus berkarya. Lewat tulisanku, dengan Trainingku. Aku tak peduli lagi dengan biaya. Karena semua ini kulakukan dengan hanya bermodal ilmu ikhlas. Biarlah Tuhan yang membiayai semuanya. Tetap semangat!!

<Tulisan tanpa editing, maaf kalau kurang sempurna>

Di Bandara Fatmawati, Bengkulu                                                     


Kamis, 16 Juni 2011

Waktu Bukanlah Uang

Ada banyak pendapat tentang uang. Salah satunya berbunyi “Waktu adalah uang”. Pendapat inilah yang mungkin menginspirasi sebagian saudara-saudara kita sehingga mereka rela menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengumpulkan uang. Seolah uang menjadi sangat penting dan tak tergantikan. Sebab mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi semuanya perlu uang. Mau makan pakai uang, mau baju harus punya uang, parkir bayar, toilet tidak gratis. Hidup ini seolah menjadi sangat mahal jika dompet tipis. So,menurut mereka uang sangat berharga,sehingga orang rela jungkir balik demi uang. Alhasil, mereka menjadi hamba uang. Jika sudah demikian, waktu akan diinvestasikan untuk uang.
Waktu adalah uang. Sehingga orang miskin rela menjadi pengemis di lampu merah meminta sedekah. Urat malu sudah putus,karena menurut mereka nggak ada uang nggak makan. Waktu adalah uang. Sehingga ada pejabat asyik mengganyah uang rakyat, korupsi lalu kabur ke luar negeri. Tidak lagi takut dengan neraka dan azab Ilahi, karena menurut mereka kaya berarti foya-foya sebab waktu adalah uang. Mumpung jadi pejabat,sikat habis! Waktu adalah uang. Jika difahami secara sempit berarti hidup ini ya untuk mencari uang.
Namun ternyata uang bukan segalanya. Ada yang tak terbeli dengan uang. Orang bisa membeli rumah mewah, tapi tak mampu membeli ketenangan. Orang bisa punya mobil  idaman, tapi tak mampu membeli senyuman. Tidur di atas kasur empuk tapi mata tak mampu terpejam. Uang di tangan,tapi cinta bisa lepas dari ikatan. Uang, pada satu titik menjadi tidak berharga sebab masih ada yang tak terbeli dengan uang. So,masih pantaskah motivasi waktu adalah uang?
Waktu adalah anugerah yang luar biasa mahal dari Tuhan. Jika jatah waktu sudah habis sebanyak apapun uang kita takkan mampu membeli 1 detik waktu dari Tuhan. Sesuatu yang sangat mahal tak bisa ditukar dengan yang lebih rendah dari itu. Waktu adalah kehidupan. Waktu bukanlah uang. Uang itu akan baik ditangan orang baik. Carilah uang dengan cara yang baik, dan distribusikanlah dengan cara yang baik pula. Maka kebaikanlah yang akan menyelimuti kita.