Entri Populer

Selasa, 18 Oktober 2011

Yang Mana Jalan Sukses Anda?

"Jalan manapun yang Anda ambil untuk menuju Sukses, Anda harus siap menempuhnya."

Siapa bilang sukses itu hanya milik segelintir orang. Siapa bilang kita tidak mampu meraihnya. Sesungguhnya kita memiliki peluang yang sama untuk meraih sukses. Setiap manusia dibekali dengan kelebihan dan bakatnya masing-masing. Tuhan tidak pernah menciptakan manusia dalam kesia-siaan. Manusia dibekali dengan kekuatan fisik, akal pikiran, dan hati/perasaan yang akan membuatnya suevive dalam dunia ini, jika saja manusia mampu mengoptimalkannya. Semakin cepat manusia mengoptimalkan bekal dari Tuhan itu, maka manusia akan lebih cepat mencapai kesuksesan yang diimpikannya.

Sukses yang seperti apa?

Terserah Anda!

Menuju titik sukses itu kita akan dihadapkan pada berbagai pilihan jalan. Pilihlah dengan bijak jalan itu, yang Anda yakin akan mampu mengantarkan Anda pada tujuan sukses Anda. Pastikan sebelum memilih jalan itu, Anda benar2 mampu mengetahui resikonya. Dengan begitu, secara mental Anda akan lebih siap. Tinggal Anda menguatkan diri dalam rencana dan tindaka teknis berikutnya. Jangan asal pilih jalan, jangan asal ikut teman. Sebab bisa jadi teman Anda memiliki rencana sukses yang tidak sama dengan Anda. Biarkan dia (teman kita) denga jalannya dan kita tetap menempuh jalan kita.

Egois? Bukan. Kita hanya konsisten di atas jalur cita-cita kita. Yang lain, terserah mereka. Toh mereka sendiri yang bertanggung jawab terhadap kehidupannya.

Rintangan dalam perjalanan pasti ada. Tapi jangan takut, Anda sudah punya bekal untuk survive. Anda punya fisik yang sehat, akal yang normal, dan hati yang punya feel sebagai "indera keenam" Anda. Rintangan itu tidak akan membuat Anda mati, sebab Anda hanya akan mati dengan izinNya. Rintangan itu pun tidak akan membuat Anda terhina, kecuali Anda memang malu dengan pekerjaan Anda. Bahkan, Rintangan itulah teman dalam perjalanan Anda. Jangan dihindari. Hadapi saja!

Ya. Hadapi saja. Menang atau kalah itu nanti. Yang penting Anda berani. Susah atau mudah itu nanti. Yang penting Anda hadapi. Kalau ternyata sanggup, bersyukurlah. Kalau ternyata "gagal", tetaplah bersyukur sebab Anda telah ditunjukkan jalur "gagal" yang harus Anda hindari pada perjalanan berikutnya. Terus bagaimana kalau ternyata jalan yang kita pilih tidak mengantarkan pada kesuksesan yang kita impikan? Bagaimana kalau itu jalan buntu? Mengapa repot. Cari jalan yang lain lagi! Terus seperti itu hingga kita sampai pada kesuksesan yang kita inginkan.

Minggu, 16 Oktober 2011

Lupakan!

"Hidup ini bergerak maju, bukan mundur!"

Lupakan. Lupakan semua sedu sedan. Lupakan jika selama ini kita pernah menderita. Lupakan jika dulu kita pernah dihina. Apa guna sedu sedan, mengingat derita, dan meratapi penghinaan orang lain terhadap kita. Hidup ini bergerak maju, bukan mundur ke belakang. Masa lalu yang kelam itu, yang menguras air mata dan seluruh tenaga dari tulang2 kita itu, bukankah telah berlalu. Bukankah kita masih bertahan hingga sekarang. Dan bukankah semua itu tidak mengurangi cintaNya, perhatianNya serta kasih sayangNya.

Lupakan! Jika suatu hari dulu kita tidak sadar akan pentingnya ujian bagi perkembangan kualitas diri kita. Sebab saat itu kita terlalu sempit memandang bahwa ujian kesulitan itu tidak enak. Bahwa kita meminta dikeluarkan dari segala bentuk kesulitan kita di masa lalu, sekedar untuk beristirahat dari ujianNya. Salah! Semua ujian itu datang dariNya untuk memperkuat karakter diri kita. Semua hanya karena Tuhan sayang dengan kita. Rasa sayang itulah yang membuat kita semakin diuji semakin butuh dekapan Tuhan. Dalam pelukanNya kita mengadu dan meratap, menyadari betapa kecilnya diri kita dibandingkan dengan kekuasaanNya yang begitu agung.

Masa kan berlalu. Derita takkan selamanya. Air mata tak abadi. Pasti ada masa seluruh derita itu pergi dari kita setelah menitip segurah senyum kebahagiaan pada diri kita. Ketika diri sudah semakin baik, ketika diri sudah bias memaknai apa itu makna "merendah" di hadapan Tuhan, saat itulah derita itu akan diangkat dan digantikanNya dengan kebahagiaanNya yang sempurna. Kapan? Terserah Tuhan. Suka-suka Dia. Kapanpun Tuhan mau. Kita hanyalah manusia yang begitu kecil dihadapanNya. Masa kan berlalu dan terus berlalu. Semua sisi kehidupan itu pasti akan kita jalani. Siapa bilang kita menderita dan orang lain di sekitar kita lebih enak hidupnya. Itu adalah pendapat yang kurang tepat, yang hanya kan membuat kita tidak dewasa menerima jamuan ujian Tuhan. Tahukah Anda, orang2 di sekitar kita itu, yang menurut kita lebih enak hidupnya itu, juga diuji olehNya dengan ujian yang juga tak kalah peliknya.

Ada yang kaya raya, tapi tidak tenang dengan hartanya. Ada yang punya jabatan tinggi tapi tak sanggup mengenyangkan dahaga hati. Ada yang tampak baik2 saja, padahal tdk begitu adanya. Ada yang yatim piyatu dan bertarung dengan kehidupannya sendiri. Ada yang mengharapkan anak tapi tak kunjung juga diberi. Ada yang sekolah tinggi tapi tak kunjung mendapat pekerjaan yang dinanti. Ada yang bertahun mencari belahan hati tapi tak kunjung juga terealisasi.

Semua dalam kendaliNya. Semua dalam naskah dan skenarioNya. Tak ada yang boleh menggubah kecuali dengan izinNya. Siapalah kita, apa yang layak kita sombongkan? Sedangkan kita hanya tercipta dari air hina. Ujian hidup itu, semuanya adalah anugerah yang layak untuk disyukuri.

Rabu, 12 Oktober 2011

Bersabarlah, dan Nikmati Perjalanan!

"Maka bersabarlah, sesungguhnya Pohon sabar itu memang pahit tapi buahnya selalu manis."

Selamat pagi rekan2 sekalian. Bagaimana kabar? Marilah kita syukuri hidup kita agar kita menjadi pribadi yang berkecukupan.

Rekan, hidup selalu memiliki aneka ragam liku. Beberapa waktu yang lalu Saya diundang sebagai pembicara di salah satu acara mahasiswa FKIP Universitas Negeri Bengkulu (Unib). Dalam perjalanan dari bandara Fatmawati menuju Danau Mas Harun Bestari Curup. Saya ditunjukkan jalur darat yang bernama "Liku Sembilan", begitu kata salah seorang mahasiswa yang menjadi "guide". Saya jadi berfikir, mungkin seperti itulah kisah jalan hidup manusia. Belok kiri, belok kanan, naik dan turun silih berganti. Terkadang senang, terkadang sedih. Terkadang ramai terkadang sepi. Terkadang berjalan dan berlari begitu cepat, terkadang juga harus berhenti dari perjalanan dan menikmati perjalanan.

Dan tidak hanya berfikir, dalam perjalanan itu Saya juga sedikit merenung. Seandainya manusia tidak mau bersabar, mungkin manusia tidak akan pernah tenang hidupnya. Segalanya pingin yang instan. Doanya harus terkabul saat itu juga. Kalau bisa, mungkin tidak usah ada yang namanya proses. Seperti Tuhan yang bertitah "Kun!" Jadilah maka jadilah. Seandainya saja manusia itu tahu bahwa ada masa antara impian yang menjadi realita. Ada doa yang tidak selamanya harus segera terwujud, sebab Tuhan lebih tahu kondisi dan kebutuhan diri manusia. Bahkan manusia tidak mungkin bisa mewujudkan segala mimpi, cita, dan harapannya tanpa campur tangan Tuhan.

Tuhan selalu menyuruh manusia untuk bekerja. Berusaha mengubah kondisi hidupnya sendiri, sebelum memasrahkannya kepada Tuhan. Bekerja adalah proses mewujudkan mimpi menjadi realita. Bekerjalah dengan penuh kesabaran dan nikmatilah segala proses yang ada. Sebab kalau kita sudah tidak lagi mampu menikmati proses, lantas apa lagi yang sanggup kita nikmati? Kalau kita tidak mampu bersabar dalam perjalanan, pastilah perjalanan kita menjadi sangat membosankan. Umpamakanlah perjalanan hidup kita, perjalanan karir kerja kita itu seperti mengendarai sebuah mobil. Bukankah jalan yang lurus itu ada kalanya membosankan? Atau bisa jadi jalan yang lurus-lurus saja tanpa hambatan itu membuat kita mengantuk dan kita lengah. Bukankah serunya mengendarai mobil itu justru ketika jalan yang kita pilih tidak hanya lurus tapi juga kadang berkelok, kadang kita melewati pemandangan yang indah seperti barisan pegunungan di sisi kiri atau kanan kita. Bukankah lebih nikmat mengendari mobil dengan melewati track yang menantang? Dan bukankah kita akan tersenyum senang ketika kita sudah berhasil melewati tantangan itu dan berkata,"Akhirnya Aku mampu melewatinya!"

Tidak ada pilihan lain. Kita telah terlanjur hidup. Dan kita harus berjuang dengan hidup kita. Kita sendiri yang bertanggung jawab terhadap hidup kita. Bukan orang lain.

Setiap pilihan kita saat ini ibarat pilihan batu bata kecil yang akan kita susun satu per satu menjadi rumah impian kita kelak. Waktu terus bergulir dan pasti suatu saat kita akan sampai pada akhir perjalanan hidup kita. Sabar menjadi satu kata kunci dan pilar hidup bahagia. Ketika kita bersabar, saat itulah kita akan mampu mengingat kembali satu per satu nikmat yang telah Tuhan titipkan untuk kita. Ketika kita mampu bersabar, saat itulah kita mampu untuk menikmati keindahan dan kejadian dalam perjalanan hidup kita. Dan dengan bersabar, kita akan mampu untuk menatap masa depan dengan jernih. Dan pada akhirnya kita akan menjadi pemenang yang sejati di akhir perjalanan kita nantinya.

Maka bersabarlah, sesungguhnya Pohon sabar itu memang pahit tapi buahnya selalu manis.

Salam,

Zali Jauhari.