Entri Populer

Rabu, 20 Juni 2012

Kita Belum Merdeka Bung!

Selamat pagi bung!

Hari ini semoga kita masih ingat bahwa kita adalah pemuda, yang dipundak kita ada harapan sebuah bangsa. Semoga kita juga masih ingat peran strategis kita, bahwa seperti apa kondisi pemuda saat ini, seperti itulah kondisi sebuah bangsa di masa-masa yang akan datang.

Tidak! Tidak mungkin ada perubahan kalau kita tidak mau berubah. Tidak mungkin nasib baik akan berpihak kalau kita hanya diam termangu meratapi pahitnya kondisi di sekitar kita. Kita masih belum merdeka bung! kita masih diobok-obok oleh penjajah. Tapi kita tidak menyadarinya. Kalau dulu mereka menjajah dengan bedil-bedil, tank-tank dan pesawat tempur mereka. Hari ini sesungguhnya mereka datang dengan sesuatu yang sangat halus dan tak kasat mata.

Mereka menjajah kita dengan ideologi mereka. Pemikiran. Itulah yang perlahan merasuk ke kawan-kawan kita, memporak-porandakan nilai-nilai luhur ketimuran. Dengan perang pemikiran, mereka berhasil mengubah bangsa yang beradab menjadi bangsa yang biadab. Menjadi sebuah bangsa yang tak peduli lagi akan tradisi dan akar budayanya. Nilai2 moral telah dibuang jauh ke selokan-selokan bercampur dengan kotoran-kotoran dari seluruh penjuru dunia. Dulu kita adalah negara yang punya harga diri tinggi. Negara yang disegani bukan karena kita kaya sumber daya alam, bukan karena kita sudah lama merdeka. Tapi karena kita adalah negara yang punya sikap dan berkarakter. Dulu kita negara yang ramah, murah senyum dan sopan santun yang terkenal di dunia. Tapi kini pembunuhan, perang saudara berdalih agama, korupsi, narkoba, seks bebas telah menghancurkan pundi2 etika berbangsa dan bernegara. Tampaknya nilai dan standart norma kita bergeser terus ke dalam jurang yang dalam. Seolah tak dibutuhkan lagi.

Tidak! Kita tidak boleh tinggal diam. Harus ada sesuatu yang kita lakukan untuk membentengi dan melawan perang pemikiran itu. Pemikiran harus dilawan dengan pemikiran. Media harus dilawan dengan media. Buku harus dilawan dengan buku. Musik harus dilawan dengan musik. Sekolah harus dilawan dengan sekolah. Rumah sakit harus dilawan dengan rumah sakit.

Atau diamlah dan khianati para pendahulu kita, yang telah rela menyerahkan jiwa dan raganya demi merah dan putih merdeka. Atau diamlah kalau kau sudah lupa dirimu adalah pemuda.

Kita belum merdeka bung!
Salam Revolusi.

Rabu, 01 Februari 2012

Ironi Rakyat Tertindas

Setiap hari mencari sesuap nasi, tapi yg lain sibuk membeli merci.
Setiap saat sibuk menagih janji, tapi yang lain selalu mengingkari.
Ketika mereka telah lelah, mereka hanya bisa pasrah dalam do'a-do'anya.
Semoga esok hari lebih baik, semoga kebahagiaan tak lari karena atap hidupnya mulai bocor.
Sungguh, sebuah negeri yang aneh. Negeri yang katanya jamrud khatulistiwa, tapi rakyatnya menderita. Negeri yang katanya gemah ripah, tapi lebih dari sebagian rakyatnya hidup dari mengais sampah.
Sungguh ironi. Pemimpinnya hidup mewah, rakyatnya penuh kudis dan kusta. Hampir-hampir hanya nyawa saja yang tersisa. Nyaris tak ada harapan, hingga keserakahan pemimpin itu telah merasuk ke alam bawah sadar rakyatnya. Rakyat tertindas pun ingin hidup bak pemimpinnya yang tak mampu memberi teladan.
Rakyat tertindas. Jiwa terkekang. Tapi nafsu bebas berkelana.
Kemanakah cahaya?