Entri Populer

Selasa, 20 September 2011

Mereka Orang-orang Tangguh, Jangan Diremehkan

Sayangnya tak ada kampus yang benar2 mengajarkan bagaimana caranya berbisnis dan menjadi pengusaha yang handal. Dunia kampus di Indonesia masih harus dijejali dengan teori-teori bisnis yang telah usang. Berbusa pengajar ngomong, tapi sangat miskin aplikasi. Kampus –diakui atau tidak- telah mencetak pengangguran terdidik setiap tahunnya. Jumlah mereka pun terus bertambah, sementara jumlah lapangan pekerjaan di negeri ini bukannya bertambah tapi justru berkurang.

Pemerintah pun tidak lagi peduli dengan nasib rakyatnya. Pajak dikemplang, proyek dimakan, seenak perut mereka sendiri. Berkoar berantas korupsi tapi diri sendiri memakan uang rakyat. Mengaku wakil rakyat, tapi justru memporak-porandakan harapan rakyat.

Sejuta program pengentasan kemiskinan yang dikeluarkan pemerintah, hanya berhenti pada tataran wacana. Kalaupun terealisasi, itu hanya menguntungkan segelintir elite saja. Bah!

Mungkin Aku terlalu berani mengungkapkan hal ini. Tapi beginilah Aku, kebenaran harus disuarakan. Rakyat sudah terlalu lama menderita. Hati mereka terlalu muak dengan pemerintah, tapi lidah hanya kelu dan tak mampu bersuara. Kalaupun mampu bersuara dan berteriak, mereka yang membuang-buang tenaga untuk berorasi kepada orang-orang yang telah buta dan tuli mata hati. Tak ada respon. Kalaupun ada hanya sebatas kalimat,"Pendapat saudara kami terima dan akan kami tampung".

Diantara keterbatasan perhatian pemerintah, dengan minimnya sumber daya dan kemampuan. Diantara sekian banyak orang yang prustasi terhadap nasib, muncullah segolongan orang kreatif. Orang-orang tangguh yang mampu menyulap sedikit kesempatan menjadi peluang besar. Entah karena idealisme atau karena terpaksa, mereka melakukannya. Mereka adalah para pedagang kaki lima (PKL) yang sering kita jumpai di pinggir-pinggir jalan.

Mereka bermacam-macam mulai dari yang berjualan makanan, hasil kerajinan, bunga-bunga sampai lukisan jalanan. Bagaimana mereka menjadi orang yang sangat kreatif dan tangguh?

Pertama, mereka kebanyakan tidak berpendidikan tinggi. Juga tidak dari lulusan universitas ataupun kelas bisnis yang penuh berjejal teori itu. Tapi mereka "take action" dan real menjadi pengusaha.

Kedua, mereka tidak memiliki tentor/pembimbing. Satu-satunya tentor mereka adalah pengalaman bisnis yang telah dijalani selama ini, berikut pengalaman gagal dari rekan-rekan seperjuangannya.

Ketiga, mereka memulai dengan modal yang sangat terbatas. Saya pernah menjumpai PKL yang untuk memulai usahanya harus berhutang sana-sini.

Keempat, mereka berjualan dalam ketidakpastian dan ancaman. Ketidakpastian apakah lokasi yang mereka tempati esok hari masih boleh ditempati atau tidak. Apakah esok hari satpol PP masih berbaik hati atau tidak. Jangan lupa, preman jalanan juga minta jatah bung! Sekedar "uang keamanan" katanya.

Kelima,mereka harus berjuang sendiri untuk bisa bertahan. Tanpa ada perlindungan dari pemerintah. Tanpa pernah mereka bisa berjumpa dengan wakil rakyat yang mereka pilih dalam pemilu. Lengah dan malas sedikit saja, dapur mereka tidak akan pernah ngebul alias nggak bisa makan bung.

Sesekali tampaknya kita perlu memperhatikan mereka. Mereka itu sangat kreatif dan tangguh. Tanpa ijazah, tanpa gelar, mereka berdagang dengan penuh semangat. Dipalak, diancam, sepi pengunjung, laris, keringat, letih, putus asa, bangkit adalah sahabat mereka sehari-hari. Suatu saat mungkin pemerintah perlu memberikan "PKL Award" atau mungkin pihat swasta perlu membuat "dahSyatnya PKL Award" atau "PKL inbox award". Selalu ada inspirasi dari kehidupan mereka, sebab mereka itu orang-orang tangguh! (tulisan tanpa editing)

Salam sukses.

2 komentar:

Rekan, silahkan berkomentar di blog Zali Jauhari.