Entri Populer

Selasa, 20 September 2011

Mau Diapakan Negeri Ini?

Selamat malam Rekan-rekan pemuda di seluruh Indonesia. Bagaimana kabar Anda malam hari ini?

Malam ini sebelum memejamkan mata, tidak ada salahnya kita memikirkan kondisi bangsa dan negara kita saat ini. Sebuah bangsa yang dulu menjadi jamrud khatulistiwa, macan asia, ijo royo-royo, gemah ripah loh jenawi. Sebuah negara yang didirikan dengan tetesan keringat dan darah para pejuang. Sebuah negara, yang sejak dulu terkenal sampai ke penjuru dunia karena posisinya yang strategis dan kaya akan sumber daya alam.

Ya. Indonesia.

Bagaimana mungkin kita bisa berlepas tangan dari membangun negeri ini? Sedangkan kaki kita masih berpijak di bumi pertiwi ini. Kita masih berdiri di bawah langit nusantara. Jangan sampai kita menjadi orang yang hanya bisa menuntut kepada pemerintah yang sampai saat ini mengurus dirinya sendiri saja belum mampu. Untuk membenahi Indonesia tidak cukup hanya menjadi tugas pemerintah saja, akan tetapi menjadi tugas kita bersama sebagai warga negara.

Belajarlah dari Jepang, yang rela membela tanah airnya dengan semangat samurai dan bushido.

Belajarlah dari inggris (kalo tidak salah) dengan tegas mengatakan,"Right or Wrong is my country"

Belajarlah dari Amerika yang punya semangat tempur menguasai seluruh benua.

Dan belajarlah dari orang2 Yahudi yang jumlahnya sedikit tapi loyal terhadap bangsa dan kelompoknya.

Katakanlah pada diri kita,"Apa yang bisa kita perbuat untuk negara ini?" bukan sebaliknya "Apa yang bisa saya dapat dari negeri ini?" Akhir-akhir ini Pemimpin di negeri ini tidak mampu memberi contoh. Mereka telah mandul untuk memberikan solusi atas berbagai masalah yang perlahan tapi pasti menghimpit negeri ini. Bukan hanya bencana fisik yang tidak mampu mereka atasi, tapi juga bencana mental yang tidak bisa mereka hadapi. Korupsi telah mendarah daging di negeri ini, urat malu telah terputus. Rasa cinta berbangsa dan bernegara telah terkotak menjadi cinta terhadap kelompok, partai, suku, dan golongan.

Rakyat telah banyak yang putus asa dan menyerah. Mereka sudah tidak lagi percaya apalagi mendukung pemerintah. Kebanyakan dari rakyat telah memilih jalan pintas yang pragmatis dalam demokrasi. "Ada uang, ada jalan. Gak ada fulus gue diam". Bukan karena mereka mau seperti itu, tapi karena para pemimpin telah memberikan contoh yang tidak baik, rakyat pun tidak segan untuk meniru.

Diantara serpihan-serpihan kata cinta tanah air itu, marilah kita bertanya kepada diri kita wahai para pemuda. Wahai para pewaris tahta negara. Wahai para generasi pembaharu. "Mau diapakan negeri ini?" sekali lagi "Mau kita apakan negeri ini?" Mari sebelum terpejam, kita sama-sama menghayati pertanyaan ini. Kita harus menjadi bagian dari solusi, bukan sekedar tukang paido , komentator, atau kritikus ulung tanpa pernah kita mampu mengambil peran untuk menjadi pemain. Nasib bangsa kita ke depan ada di tangan kita wahai para pemuda indonesia!!!

Manakah yang lebih kita cintai, idealisme kita untuk membangun negeri ini, ataukah nafsu serakah kita untuk menguras asset negeri ini? Manakah yang lebih kita sukai, berjuang untuk menjadi solusi atau keinginan untuk memperkaya diri sendiri? Manakah yang lebih kita pilih berkorban untuk kejayaan pertiwi, atau untuk kepentingan kelompok kita?

Jangan begitu mudah kita injak darah para pejuang. Jangan mudah melupakan sejarah bangsa kita. Kita adalah bangsa yang bermartabat yang tidak pernah mengemis kemerdekaan, melainkan kita mengambilnya dengan harta dan nyawa para pejuang. Sekali lagi, nasib bangsa kita ada di tangan kita para pemuda. Mari kita tanamkan semangan "bushido" samurai jepang dalam diri kita agar bangsa ini kembali menjadi bangsa yang bermartabat di kancah internasional.

Merdeka! Merdeka! Merdeka!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Rekan, silahkan berkomentar di blog Zali Jauhari.